"Jadi dalam debt swap ini kami ada beberapa program, tetapi tergantung pemberi pinjamannya juga. Peminjam menawarkan kepada kami apa utang tersebut bisa ditukar atau tidak perlu dibayar tetapi nanti kami buat program-program tertentu," ungkap Luky dikutip dari Antara, Sabtu, 1 Oktober 2022.
baca juga: Sri Mulyani: Kurang dari 2 Tahun, Rasio Utang RI Turun Jadi 37,91% |
Ia membeberkan keempat negara yang dimaksud adalah Jerman, Italia, Australia, dan Amerika Serikat. Dari komitmen tersebut sudah terealisasi senilai USD261,9 juta untuk 175 proyek, sedangkan sisanya masih dalam proses.
Dengan Australia, konversi utang dilakukan ke dalam bentuk beberapa program dan proyek terkait kesehatan, sedangkan dengan Amerika Serikat debt swap dilakukan ke dalam bentuk program terkait hutan tropis.
Sementara itu, konversi utang dengan Italia dilakukan dalam bentuk proyek perumahan, meski jumlahnya tak banyak, dan dengan Jerman mayoritas debt swap dilakukan untuk program pendidikan serta kesehatan terutama berfokus pada tuberkulosis hingga malaria.
"Ke depan debt swap itu sifatnya dua arah, kalau peminjamnya memang mengindikasikan ingin melakukannya kami sangat-sangat welcome. Terkadang kami memang menawarkan skema ini tetapi juga tergantung dari peminjamnya seperti apa," jelas Luky.
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memang menganjurkan mekanisme debt swap, yang memungkinkan suatu negara, alih-alih membayar utang kepada kreditur, dapat menggunakan uang itu untuk berinvestasi dalam ketahanan iklim, infrastruktur berkelanjutan, dan transisi hijau perekonomian mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News