Guru Besar IPB University Hermanto Siregar mengatakan, sebetulnya inflasi menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, termasuk petani. Namun, jika inflasi dapat dikendalikan dengan baik akan menimbulkan efek yang baik bagi petani.
"Kenaikan harga padi atau komoditas pangan lain tentu bagus bagi petani. Asalkan, kenaikan harga tersebut benar-benar dinikmati para petani. Sering terjadi, kenaikan harga komoditas pangan sebagian besar dinikmati pedagang," ungkapnya kepada Media Indonesia, Senin, 2 Januari 2023.
Baca juga: BPS: Nilai Tukar Petani Desember 2022 Naik 1,11% |
Berkaca dari pernyataan tersebut, BPS juga merilis Nilai Tukar Petani (NTP) pada Desember 2022 yang tercatat mencapai 109,00 atau naik 1,11 persen dibandingkan November 2022. Peningkatan ini terjadi kerena indeks harga yang diterima petani naik 1,83 persen lebih tinggi dari indeks harga yang dibayar petani yang hanya naik 0,72 persen.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Di sisi lain, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada Desember 2022 mencapai 108,96 atau naik 1,59 persen dibandingkan November 2022. Peningkatan NTUP ini juga terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik 1,83 persen lebih tinggi dari indeks biaya produksi dan penambahan barang modal yang hanya naik sebesar 0,24 persen.
Selain itu, perkembangan harga gabah di tingkat petani pada Desember 2022 juga meningkat. Untuk gabah kering panen meningkat 4,20 persen secara bulanan (mtm) dan meningkat 17,83 persen jika dibandingkan Desember 2021 atau secara tahunan (yoy).
Gabah kering giling juga meningkat sebesar 6,95 persen mtm dan 21,75 persen yoy. Sedangkan harga beras grosir pada Desember 2022 meningkat 3,19 persen mtm dan 8,95 persen yoy. Harga beras eceran meningkat 2,30 persen mtm dan 6,23 persen yoy.