"Di triwulan dua kenapa membaik, karena konsumsi swasta itu terus meningkat sejak bulan Ramadan," ujar Perry, dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2022, dilansir Antara, Senin, 1 Agustus 2022.
Sejak Ramadan, sambung dia, mobilitas masyarakat semakin baik dan meningkatkan konsumsi swasta. Selain itu, terdapat pula kinerja ekspor yang cukup baik dan dorongan dari kebijakan fiskal yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Ke depan, pertumbuhan ekonomi pun diperkirakan masih akan membaik di triwulan ketiga tahun ini, sebagai lanjutan dari perbaikan di triwulan II-2022.
Baca juga: Sri Mulyani: Dunia Sedang Tidak Baik-baik Saja |
Meski sudah membaik, Perry berpendapat perekonomian Indonesia belum benar-benar pulih karena konsumsi swasta baru mulai menggeliat di bulan Ramadan, sehingga momentum pertumbuhan ekonomi masih perlu dijaga.
BI pertahankan suku bunga acuan
Dengan pertimbangan ekonomi yang masih dalam fase peningkatan dan inflasi inti yang masih rendah, BI pun memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen pada Rapat Dewan Gubenur (RDG) Juli 2022."BI terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan, serta memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan baik melalui stabilisasi nilai tukar rupiah, penguatan operasi moneter, dan suku bunga," tegasnya.
Maka dari itu, dirinya menekankan BI tidak terpengaruh dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed dalam mengambil keputusan perubahan suku bunga acuan BI, meski tetap akan mempertimbangkan sentimen tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News