Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Arief Hartawan mengatakan digitalisasi pembayaran merupakan suatu keharusan di era digitalisasi saat ini. Oleh karena itu, bank sentral selaku penanggungjawab di bidang sistem pembayaran terus mengembangkan pemanfaatan teknologi digital.
baca juga: Penggunaan QRIS di Ibu Kota Ditargetkan Mencapai 4,5 Juta Merchant |
"Memang di pesantren itu santrinya tidak boleh menggunakan handpone, solusinya bagaimana? Kalau mereka mau belanja di dalam toko pesantren itu bagaimana proses sentelmennya? Jadi ada satu teknologi lagi dikembangkan dan sedang dirumuskan," kata dia dalam konferensi pers di Nusa Dua Bali, Sabtu, 16 Juli 2022.
Ia mencontohkan santri yang akan membayar tinggal melakukan pencocokan foto wajah dengan data yang ada di sistem toko tersebut. Dengan begitu, mereka tidak perlu menggunakan handphone seperti pembayaran dengan cara memindai QRIS yang ada di toko biasanya.
"Jadi kalau santrinya belanja karena dia tidak bawa handphone tidak bisa scan, jadi dipotret dia. Difoto sudah ada database pesantren ini, nanti dia bisa ngenalin 'Oh ini si A, si B' masih punya saldo tidak di sini ? kalau masih ada saldo bisa nanti teknologi masih dirumuskan seperti apa," ungkapnya.
BI sebelumnya menargetkan merchant pengguna QRIS bisa mencapai 12 juta. Namun saat ini jumlahnya sudah bertambah mencapai 19 juta. Sementara dari sisi pengguna, bank sentral menargetkan tambahan sebanyak 15 juta pengguna baru QRIS pada tahun ini.
"Tahun ini kami memiliki target untuk mendapatkan 15 juta pengguna baru. Kami juga punya target bersama dengan Kementerian Perdagangan, yakni tambahan 250 lebih pasar tradisional yang akan menggunakan QRIS," ujar Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News