Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia masih berjalan baik meskipun risiko global khususnya inflasi dan potensi resesi negara maju harus diwaspadai. Posisi Indonesia relatif lebih aman dibandingkan beberapa negara, dilihat dari tingkat risiko kredit dan rasio utang Indonesia yang relatif lebih rendah.
Ia menyebut, volatilitas global berdampak pada tekanan inflasi domestik dan pasar obligasi Indonesia, meski dampaknya terbatas didukung likuiditas domestik yang kuat. Selanjutnya, aktivitas masyarakat juga sudah kembali normal diikuti mobilitas masyarakat di kuartal II yang mengalami peningkatan signifikan karena periode libur.
"Kita akan terus menjaga kesehatan APBN dari guncangan-guncangan yang makin kuat dari luar negeri, maka kita harus membuat agar APBN kita tetap sehat, sehingga dia bisa melindungi masyarakat dan perekonomian kita," kata dia dalam video conference, dikutip Kamis, 28 Juli 2022.
Sri Mulyani menambahkan, tren positif perekonomian Indonesia ditunjukkan baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Indeks PMI Manufaktur misalnya tetap ekspansif di level 50,2, meski sedikit melambat dibandingkan Mei sebesar 50,8. Selanjutnya, konsumsi listrik tumbuh positif, ditopang oleh konsumsi listrik untuk industri dan bisnis.
Menurut dia, optimisme aktivitas ekonomi masyarakat tetap kuat, dengan IKK Juni yang tetap pada level optimis di 128,2, relatif stabil dibandingkan bulan lalu 128,9. Selain itu, aktivitas masyarakat sudah kembali normal seiring dengan akselerasi vaksinasi covid-19 yang berjalan lancar.
Data Google Mobility Indeks per 13 Juli 2022 mencatat peningkatan mobilitas menjadi 18,5 persen di kuartal II seiring periode libur. Sejalan dengan hal tersebut, indeks penjualan riil pada Juni mencapai 229,1, tumbuh 15,4 persen secara tahunan, namun sedikit menurun dibandingkan pada Mei yang mencapai 234,1.
Selanjutnya, neraca perdagangan masih mencatatkan surplus, pada Juni sebesar USD5,09 miliar dan melanjutkan tren surplus selama 26 bulan berturut-turut. Secara keseluruhan, akumulasi sampai dengan Juni 2022 atau semester I-2022 surplus neraca perdagangan mencapai USD24,88 miliar.
Ekspor pada Juni 2022 mencapai USD26,1 miliar, tumbuh tinggi sebesar 40,7 persen (yoy) didukung ekspor kelompok nonmigas seperti batu bara, produk sawit, besi dan baja. Sementara impor pada Juni 2022 mencapai USD21 miliar, tumbuh positif sebesar 22 persen (yoy) yang didominasi oleh jenis barang input (bahan baku dan barang modal).
Kemudian, ia menambahkan, cadangan devisa akhir Juni 2022 tercatat sebesar USD136,4 miliar atau meningkat dari posisi pada akhir Mei 2022. Jumlah tersebut setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Inflasi Indonesia dalam tren meningkat, namun masih terkendali. Hal ini juga tak lepas dari peran APBN sebagai shock absorber yang mampu menahan dampak kenaikan harga komoditas global menjadi terbatas, sehingga daya beli masyarakat dan momentum pemulihan ekonomi dapat tetap terjaga," pungkas dia.
Ia menyebut, volatilitas global berdampak pada tekanan inflasi domestik dan pasar obligasi Indonesia, meski dampaknya terbatas didukung likuiditas domestik yang kuat. Selanjutnya, aktivitas masyarakat juga sudah kembali normal diikuti mobilitas masyarakat di kuartal II yang mengalami peningkatan signifikan karena periode libur.
"Kita akan terus menjaga kesehatan APBN dari guncangan-guncangan yang makin kuat dari luar negeri, maka kita harus membuat agar APBN kita tetap sehat, sehingga dia bisa melindungi masyarakat dan perekonomian kita," kata dia dalam video conference, dikutip Kamis, 28 Juli 2022.
Sri Mulyani menambahkan, tren positif perekonomian Indonesia ditunjukkan baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Indeks PMI Manufaktur misalnya tetap ekspansif di level 50,2, meski sedikit melambat dibandingkan Mei sebesar 50,8. Selanjutnya, konsumsi listrik tumbuh positif, ditopang oleh konsumsi listrik untuk industri dan bisnis.
Menurut dia, optimisme aktivitas ekonomi masyarakat tetap kuat, dengan IKK Juni yang tetap pada level optimis di 128,2, relatif stabil dibandingkan bulan lalu 128,9. Selain itu, aktivitas masyarakat sudah kembali normal seiring dengan akselerasi vaksinasi covid-19 yang berjalan lancar.
Baca juga: Yes, Anggaran Negara Surplus Rp73,6 Triliun hingga Semester I |
Data Google Mobility Indeks per 13 Juli 2022 mencatat peningkatan mobilitas menjadi 18,5 persen di kuartal II seiring periode libur. Sejalan dengan hal tersebut, indeks penjualan riil pada Juni mencapai 229,1, tumbuh 15,4 persen secara tahunan, namun sedikit menurun dibandingkan pada Mei yang mencapai 234,1.
Selanjutnya, neraca perdagangan masih mencatatkan surplus, pada Juni sebesar USD5,09 miliar dan melanjutkan tren surplus selama 26 bulan berturut-turut. Secara keseluruhan, akumulasi sampai dengan Juni 2022 atau semester I-2022 surplus neraca perdagangan mencapai USD24,88 miliar.
Ekspor pada Juni 2022 mencapai USD26,1 miliar, tumbuh tinggi sebesar 40,7 persen (yoy) didukung ekspor kelompok nonmigas seperti batu bara, produk sawit, besi dan baja. Sementara impor pada Juni 2022 mencapai USD21 miliar, tumbuh positif sebesar 22 persen (yoy) yang didominasi oleh jenis barang input (bahan baku dan barang modal).
Kemudian, ia menambahkan, cadangan devisa akhir Juni 2022 tercatat sebesar USD136,4 miliar atau meningkat dari posisi pada akhir Mei 2022. Jumlah tersebut setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Inflasi Indonesia dalam tren meningkat, namun masih terkendali. Hal ini juga tak lepas dari peran APBN sebagai shock absorber yang mampu menahan dampak kenaikan harga komoditas global menjadi terbatas, sehingga daya beli masyarakat dan momentum pemulihan ekonomi dapat tetap terjaga," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News