"Memang dunia sekarang tidak sedang baik-baik saja, kita sudah melihat ini sebenarnya secara forward looking dari sejak bahkan dari tahun lalu, dari tahun lalu kita sudah melihat bahwa dunia itu memang masih akan dipenuhi dengan ketidakpastian," kata Febrio saat menjadi pembicara BNI Investor Daily Summit 2023 bertema Sustainable Growth, Global Challenges di Jakarta, Selasa, 24 Oktober 2023.
Pemerintah, jelas Febrio, memahami kondisi dunia akan mengancam stabilitas eksternal ekonomi Indonesia. Konflik geopolitik Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel telah memicu peningkatan harga komoditas strategis seperti minyak mentah.
Hal tersebut dapat menekan anggaran negara lantaran Indonesia masih mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Fenomena itu diakui telah diantisipasi oleh pemerintah melalui upaya pengendalian harga dan menjaga daya beli masyarakat.
Baca juga: Konflik Geopolitik hingga Pelemahan Ekonomi, Jokowi: Dunia Makin Tidak Jelas! |
Tingginya suku bunga Fed
Selain ancaman tersebut, tingginya suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) juga disebut cukup mengganggu perekonomian dalam negeri. Tingkat bunga acuan The Fed telah mendorong penguatan nilai tukar dolar dan menarik modal asing di negara-negara berkembang keluar.
Di saat yang sama, Negeri Paman Sam juga menerapkan kebijakan fiskal yang cukup longgar. Diperkirakan defisit anggaran pemerintahan Joe Biden tahun ini bakal mencapai sembilan persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) AS.
"Apa artinya? Itu mereka ingin terus mendorong pertumbuhan walau inflasinya masih tinggi. Ini menjadi risiko karena ini dampaknya instabilitas dari eksternal kita, di mana terjadi kenaikan suku bunga yang cukup tinggi dan mungkin masih akan terus lebih tinggi lagi dan akan untuk waktu yang cukup lama," kata Febrio.
"Antisipasi ini yang sudah memang mulai kita lakukan dari sejak tahun lalu, ini saatnya kita meng-employ men-deploy kesiapan-kesiapan kita itu," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News