Ilustrasi. Foto: dok MI/Ramdani.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Ramdani.

Resesi: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Solusinya

Ade Hapsari Lestarini • 16 Februari 2024 09:29
Jakarta: Baru-baru ini Jepang memasuki jurang resesi ekonomi. Ekonomi ketiga terbesar di dunia ini pun tersingkir, disalip oleh kekuatan Jerman.
 
Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Sakura itu mengalami kontraksi yang lebih buruk dari perkiraan sebesar 0,4 persen dalam tiga bulan terakhir 2023, dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi setelah ekonomi menyusut sebesar 3,3 persen pada kuartal sebelumnya.
 
Bukan hanya Jepang, Inggris pun menyusul ikutan resesi. PDB Inggris berkontraksi 0,3 persen antara Oktober sampai Desember 2023. Sebelumnya pada periode Juli sampai September 2023, PDB Inggris berkontraksi sebesar 0,1 persen.

PDB Inggris secara keseluruhan bertumbuh 0,1 persen pada tahun lalu. Pertumbuhan tahunan tersebut merupakan yang terlemah sejak 2009, saat terjadinya krisis finansial global.
 
Baca juga: Mengenal Pertumbuhan Ekonomi Serta Cara Menghitungnya
 

Apa itu resesi?


Lalu, apa sebenarnya arti resesi? Bagaimana sebuah negara bisa disebut masuk dalam resesi? Berikut ulasannya, seperti dirangkum Medcom.id.
 
Melansir laman Sikapiuangmu OJK, resesi ekonomi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kondisi saat perekonomian suatu negara sedang memburuk. Hal ini terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Penyebab resesi


Menlansir laman Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, berikut hal-hal yang menjadi penyebab terjadinya resesi, antara lain:
  1. Guncangan ekonomi yang mendadak.
  2. Perubahan teknologi.
  3. Tingkat inflasi yang tinggi.
  4. Pengelolaan utang yang tidak sehat.
  5. Gelembung aset.
  6. Tingkat deflasi yang signifikan.

Dampak yang akan terjadi karena resesi

Ada beberapa dampak yang timbul akibat terjadinya resesi ekonomi.

Perlambatan ekonomi


Ini akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan sering terjadi, bahkan beberapa perusahaan mungkin menutup dan tidak lagi beroperasi.

Kinerja investasi


Kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi yang aman.

Ekonomi makin sulit


Ekonomi yang semakin sulit pasti berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat, karena mereka akan lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu.
 
 
Baca juga: Beda Resesi dan Krisis Ekonomi
 

Solusi menghadapi resesi


Resesi ekonomi bisa menyebabkan angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin di berbagai negara juga ikut meningkat gegara lesunya perekonomian.
 
Bagaimana jika hal ini juga berdampak ke negara kita? Mau tidak mau, kita tetap harus memiliki persiapan jika skenario buruk tersebut terjadi dan menimpa ekonomi negara kita.
 
Lalu, bagaimana mempersiapkan kondisi keuangan kita agar dapat meminimalisir dampak dari kemungkinan resesi ekonomi tersebut? Berikut beberapa tipsnya.
 
1. Pakai rumus perencanaan keuangan 10-20-30-40? Pastikan 20 persen dari dana yang kalian gunakan untuk investasi dialokasikan untuk dana darurat pada instrumen yang sangat likuid dan disiplin mempersiapkannya.
 
Semakin besar proporsinya maka akan semakin siap kalian dalam memenuhi kebutuhan di tengah kondisi resesi ekonomi. Perlu diingat, hal ini sangat penting karena bisa saja kamu kehilangan pekerjaan karena perusahaan tempatnya bekerja tutup. 
 
2. Mulailah untuk mengurangi dan tidak menambah beban-beban pengeluaran seperti utang, jika memungkinkan maka segera lunasi atau jika dirasa masih sangat berat maka segera negosiasikan ajukan ke lembaga jasa keuangannya untuk restrukturisasi.
 
Jangan anggap enteng utang meskipun hanya dari kartu kredit karena kamu tidak akan tahu kondisi keuanganmu ketika resesi ekonomi menerpa.
 
3. Lihat kembali portofolio investasimu, jika kondisi pasar global sudah mulai menurun, segeralah atur ulang portofolio investasimu kedalam bentuk yang lebih aman seperti emas.
 
4. Hiduplah dengan sewajarnya dan nggak perlu panik. Tetap lakukan konsumsi seperti biasa karena ini bisa membantu ekonomi tetap tumbuh. Ingat konsumsi masyarakat berperan besar pada pertumbuhan ekonomi kita. Komitmen pada rencana keuangan dengan tetap menyisihkan uang untuk tabungan dan investasi serta dahulukan kebutuhan tetap diperlukan.
 
Kurangi pembelian-pembelian sesuatu yang sebetulnya tidak terlalu diperlukan, apalagi sifatnya hanya kesenangan jangka pendek. Gunakan fasilitas asuransi kesehatanmu jika harus berobat sehingga tidak mengganggu likuiditas keuangan.
 
5. Cermati perkembangan kondisi ekonomi terbaru dan mulailah memanfaatkan peluang disekitarmu yang dapat bernilai ekonomi. Jangan ragu untuk usaha kecil-kecilan jika dirasa kondisi keuanganmu masih lemah, karena kamu jelas butuh tambahan penghasilan untuk menopang keuangan keluarga.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan