Justru, menurutnya, ekonomi domestik masih bisa tumbuh positif di atas lima persen selama dua kuartal. Kondisi sebaliknya justru terjadi di Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa. "Secara teknis, saat ini kita tidak mengalami resesi," kata Puteri, dilansir dari keterangan tertulisnya, Selasa, 6 Desember 2022.
"Karena suatu negara dikatakan resesi apabila mengalami pertumbuhan PDB yang minus selama dua kuartal berturut-turut. Justru saat ini ekonomi kita masih mampu tumbuh positif di atas lima persen selama dua kuartal terakhir," tambah Puteri.
Capaian pertumbuhan ekonomi ini, kata Puteri, lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Tiongkok, maupun Singapura. Namun, di sisi lain, para pengusaha industri terutama tekstil dan garmen mengalami kelesuan usaha, seolah sudah terjadi resesi di Tanah Air.
Baca: Papan Ekonomi Baru Dinilai Jadi Katalis Positif Perusahaan Teknologi |
Ini ditandai dengan berkurangnya pesanan dan sebagian sudah merumahkan, bahkan melakukan Pemutusan Hubungan Karyawan (PHK). Menurut Puteri, keluhan para pengusaha itu merupakan imbas pelemahan ekonomi AS dan Eropa, bukan resesi di dalam negeri.
Permintaan dari luar negeri melemah, sehingga menurunkan ekspor. Kondisi ini perlu direspons pemerintah dengan segera mengatasi dampak rambatan pelemahan ekonomi negara lain, khususnya yang menjadi mitra dagang utama terhadap keberlangsungan industri dalam negeri, terutama industri padat karya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News