Pertemuan bilateral berlangsung secara akrab dan konstruktif, dengan membahas sejumlah topik antara lain mengenai dukungan AS terhadap Presidensi G20 Indonesia, inisiasi penyelenggaraan Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII), dan tindak lanjut Indo-Pacific Economic Framework (IPEF).
"Indonesia menyambut baik dukungan AS terhadap hasil-hasil yang akan dicapai Presidensi G20 Indonesia dalam penyelenggaraan KTT G20 di Bali pada 15-16 November 2022," ujar Airlangga, dilansir dari keterangan tertulisnya, Rabu, 26 Oktober 2022.
Kedua negara mengharapkan outcome positif atas penyelenggaraan KTT, di tengah-tengah tantangan dinamika situasi global saat ini. "Isu ekonomi global seharusnya menjadi vocal point pada Presidensi G20 Indonesia," kata APNSA Sullivan.
Baca: Luhut Berambisi 2028 Indonesia Jadi Produsen Baterai Kendaraan Listrik |
Diskusi konstruktif juga mengiringi minat dan kepentingan kedua negara untuk bekerja sama dalam kemitraan investasi dan pembangunan infrastruktur dalam skema PGII. Sebagaimana yang telah diumumkan oleh Pemerintah AS pada Juni 2022, AS akan menggelontorkan pendanaan mencapai USD600 miliar untuk pembiayaan investasi dan infrastruktur di berbagai negara.
Berbagai wacana tentang proyek transisi energi berbasis teknologi turut mewarnai pembicaraan Menko Airlangga dan APNSA Sullivan, antara lain percepatan transisi energi ramah lingkungan dan sumber-sumber potensial energi terbarukan lainnya.
"Kami memandang perlunya kerja sama dalam penerapan teknologi mutakhir yang ramah lingkungan, pengembangan industri berbasis teknologi untuk mendukung transformasi digital, dan pembangunan pembangkit listrik dalam kawasan ekonomi hijau," tegas Airlangga.
Sebelum menutup pertemuan, pembicaraan masih berlanjut dengan potensi kerja sama dalam isu konektivitas. "AS terbuka untuk membicarakan peningkatan kerja sama dalam perhubungan udara antara Indonesia dan AS, untuk mendukung mobilitas dan people to people connection," ujar APNSA Sullivan.
Pertemuan tersebut juga dimanfaatkan Menko Perekonomian untuk menyampaikan potensi Indonesia dalam rantai pasok global. "Indonesia memiliki sumber daya yang berkualitas yang dibutuhkan untuk memproduksi komponen industri esensial dalam rantai pasok global," kata Airlangga.
Lebih lanjut, saat menutup pertemuan, Menko Airlangga dan APNSA Sullivan sepakat untuk menugaskan pejabat masing-masing agar segera menindaklanjuti hasil-hasil pembicaraan pada pembahasan di level teknis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News