"Kalau bicara interest rate naik, itu anda menari-menari di atas penderitaan orang. Kenaikan suku bunga, wajahnya lebih bahagia," ucap Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam CEO Banking Forum, Senin, 9 Januari 2023.
Hal tersebut menurutnya tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di berbagai negara. Itu karena tingkat inflasi yang cukup tinggi dan mengharuskan sejumlah bank sentral menaikkan suku bunga acuannya.
Naiknya suku bunga acuan juga bakal mengerek tingkat suku bunga perbankan dan berujung pada peningkatan profit. Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia dan beberapa ekonom, setidaknya peningkatan suku bunga perbankan bakal terjadi setelah enam bulan tingkat bunga acuan mengalami kenaikan.
Adapun sejak Agustus 2022, BI tercatat telah menaikan tingkat suku bunga acuan sebesar 200 basis poin atau dua persen menjadi 5,5 persen. Itu sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2019.
Kendati demikian, kondisi perbankan yang disebut tengah menari-nari itu tak terjadi pada sisi perekonomian secara makro maupun fiskal negara. Kenaikan suku bunga acuan justru memberikan tekanan lantaran beban masyarakat kian berat.
"Ini karena cost of fund yang tinggi dan pasti akan mempengaruhi kegiatan ekonomi secara menyeluruh," kata Sri Mulyani.
Karenanya, perempuan yang pernah menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia itu meminta perbankan di Indonesia turut mempertimbangkan kondisi perekonomian dalam mengambil kebijakan suku bunga. Sebab sektor yang bergerak di jasa keuangan tersebut memainkan peranan penting pada perekonomian nasional.
Bahkan pada tahun ini kondisi perekonomian Indonesia juga turut ditentukan oleh sektor perbankan. "Jadi, kalau saya menjaga APBN, tolong jaga perbankan secara baik-baik," kata Sri Mulyani.
"Jangan salah arah, jangan salah kompas, jangan salah bersauh, dan di dalamnya juga jangan berantem. Musuhnya bukan ada di dalam kapal, musuhnya di luar yang harus kita kelola," pungkas dia.
Baca juga: Nah Lho! Utang Jadi Ancaman Ekonomi Global, RI Aman Gak Ya? |
Jaga inflasi-rupiah tetap stabil
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan, langkah penaikan suku bunga acuan BI alias BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) bertujuan untuk menstabilisasi tingkat inflasi.
"Keputusan kenaikan suku bunga yang lebih terukur tersebut sebagai langkah lanjutan untuk secara front loaded, preemptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam kisaran 2-4 persen," kata Perry dalam Pengumuman Hasil RDG Desember 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Desember 2022 mencapai 0,66 persen dibanding November (month-to-month/mtm). Dengan ini, maka inflasi sepanjang 2022 mencapai 5,51 persen.
Selain itu, Perry mengungkapkan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah terus diperkuat untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation) di samping untuk memitigasi dampak rambatan dari masih kuatnya dolar AS dan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Hingga hari ini, nilai tukar (kurs) rupiah menguat 58 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp15.575 per USD dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.633 per USD.
Rupiah bergerak pada rentang Rp15.560-Rp15.582,5 per USD. Sementara secara year to date (YTD) return rupiah tercatat negatif 0,07 persen.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News