Ilustrasi. Foto: AFP.
Ilustrasi. Foto: AFP.

Gara-gara Ini Rupiah Kembali Takluk di Hadapan Dolar AS

Husen Miftahudin • 18 Agustus 2022 16:32
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp14.836 per USD, melemah sebanyak 68 poin atau setara 0,46 persen dari posisi Rp14.768 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh kekhawatiran The Fed yang akan menaikkan suku bunga terlalu jauh sebagai bagian dari komitmennya untuk mengendalikan inflasi.
 
"Fed dapat memperketat sikap kebijakan lebih dari yang diperlukan untuk memulihkan stabilitas harga. Kondisi ini membuat sensitivitas terhadap data yang masuk menjadi lebih penting," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya, Kamis, 18 Agustus 2022.

Menurutnya, hal tersebut terjadi setelah Ketua Fed Jerome Powell mengatakan dampak kenaikan suku bunga Fed hingga saat ini masih membangun perekonomian, dan tergantung pada bagaimana inflasi merespons dalam beberapa bulan mendatang yang dapat memungkinkan bank sentral untuk mulai memperlambat laju inflasi.
 
Besarnya ekspektasi kenaikan suku bunga Fed berikutnya diharapkan bergantung pada inflasi harga konsumen dan data pekerjaan Agustus, yang akan dirilis sebelum pertemuan September.
 
Peluang kenaikan 75 basis poin pada September juga turun menjadi 40 persen setelah risalah rapat, dari 52 persen sebelumnya, dengan kenaikan 50 basis poin sekarang dilihat sebagai kemungkinan 60 persen.
 
"Kondisi keuangan yang lebih longgar karena benchmark imbal hasil Treasury 10-tahun bertahan di bawah tiga persen dan karena pasar kredit dan saham membaik juga meningkatkan spekulasi Fed mungkin perlu lebih agresif dalam menaikkan suku bunga untuk membuat dampak. Data penjualan ritel pada hari Rabu solid, membantu mengurangi kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi," papar Ibrahim.
 
Baca juga: Waduh! Rupiah Lagi-lagi Takluk terhadap Dolar AS, Ditutup di Level Rp14.836/USD

 
Dari dalam negeri, Ibrahim memandang pidato kenegaraan yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkesan optimistis, terutama dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tumbuh 5,3 persen di tengah perlambatan ekonomi global.
 
Semisal, harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia (ICP) diperkirakan sebesar USD90. Angka tersebut mengindikasikan kenaikan harga komoditas masih akan memberikan windfall bagi pendapatan negara.
 
"Namun, jika melihat trennya, harga komoditas saat ini telah menunjukkan adanya penurunan dan hal ini dinilai akan menjadi tantangan ke depan," sebut dia.
 
Di samping itu, terdapat kontradiksi pembangunan infrastruktur menjadi fokus utama pemerintah tahun depan. Padahal, kenaikan inflasi masih menjadi ancaman bagi perekonomian Indonesia.  
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka inflasi tahunan Indonesia hingga Juli 2022 sudah menembus 4,94 persen. Angka ini merupakan capaian inflasi tertinggi sejak Oktober 2015.
 
"Selain itu, defisit APBN yang akan diturunkan ke bawah tiga persen juga menjadi tantangan. Sementara pembangunan infrastruktur menjadi prioritas. Pemberian subsidi juga diperkirakan masih tinggi," urainya.
 
Ibrahim memprediksi, rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif dan rupiah diprediksi ditutup masih kembali melemah. "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.820 per USD sampai Rp14.870 per USD," tutup Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan