Ilustrasi. Foto: Medcom.id/Husen Miftahudin.
Ilustrasi. Foto: Medcom.id/Husen Miftahudin.

Waduh! Kurs Rupiah Diramal Bisa Sentuh Rp17 Ribu/USD Tahun Depan

Husen Miftahudin • 08 November 2022 14:47
Jakarta: CEO Black Boulder Capital Timothy Tandiokusuma memprediksi nilai tukar (kurs) rupiah di tengah tingginya ketidakpastian global dan ancaman resesi akan menyentuh level Rp17 ribu per USD pada 2023.
 
Di awal tahun ini ia sempat memberikan pandangan dan prediksinya terhadap ancaman resesi dan krisis moneter super atau super bubble yang sedang meletus. Terkait hal tersebut, ia meminta masyarakat untuk harus bersiap-siap menghadapinya.
 
"Tentu kita semua berharap resesi di Indonesia tidak sehebat yang terjadi di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Tiongkok," ungkapnya dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 8 November 2022.
 
Meski begitu, ia meminta semua pihak termasuk masyarakat untuk tetap waspada dan mempersiapkan kemungkinan terburuk jika hal itu terjadi di Indonesia. Kuncinya adalah, mempersiapkan keuangan secara tepat untuk memitigasi hal paling buruk yang akan terjadi, yaitu inflasi besar-besaran.
 
"Jika ini terjadi, besar kemungkinan rupiah menyentuh hingga angka Rp16 ribu sampai Rp17 ribu per USD," tegasnya.
 
Lebih lanjut Timothy menjelaskan, kondisi setiap resesi terutama resesi global membuat nilai tukar dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang negara-negara di Asia, termasuk Indonesia. Seperti yang terjadi pada 1998 dan 2008 di saat krisis global terjadi, yakni pada saat itu dolar AS naik secara signifikan terhadap rupiah.
 
Baca juga: Rupiah Diyakini Mulai Bernyali Usai The Fed Diramal Takkan Terlalu Galak

 
Bahkan saat pandemi covid-19 terjadi dan dunia mengalami krisis untuk waktu yang singkat di Februari 2020, dolar AS sempat naik dari level Rp13.650 ke Rp16.375, sebelum akhirnya kembali ke level Rp14 ribuan di 1 Januari 2021.
 
"Kuncinya, saat ini masyarakat perlu diedukasi tentang prediksi kondisi ekonomi mendatang untuk persiapan optimal, seperti membatasi pengeluaran, melunasi hutang, menabung dan siapkan dana darurat, serta berinvestasi dengan bijak," papar Timothy.
 
Seperti diketahui, saat ini perlambatan ekonomi tengah terjadi di tiga negara maju, yakni AS, Eropa, dan Tiongkok yang tercermin pada Purchasing Managers' Index (PMI) Manufacturing global pada September 2022 ke zona kontraksi di level 49,8 dan dipengaruhi oleh berlanjutnya geopolitik dan perang di Kawasan Ukraina yang memicu tekanan inflasi tinggi.
 
Pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati juga menilai kenaikan Fed Fund Rate diperkirakan lebih tinggi dengan siklus yang lebih panjang. Walaupun, pemerintah menilai laju inflasi di Indonesia lebih rendah dari prakiraan awal.
 
Meski demikian, pemerintah menegaskan akan tetap waspada terhadap ketidakpastian global dan telah menyiapkan sederet arah kebijakan di tengah tingginya hal tersebut dan ancaman resesi pada 2023.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan