Mengutip data Bloomberg, Rabu, 4 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.634 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 54 poin atau setara 0,35 persen dari posisi Rp15.580 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 54 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 65 poin di level Rp15.634 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.580 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.625 per USD. Rupiah melemah 51 poin atau setara 0,32 persen dari Rp15.574 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.636 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 36 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.600 per USD.
Baca juga: Ini Penyebab Rupiah dan Sejumlah Mata Uang Utama Dunia Keok |
Pelaku pasar cenderung wait and see
Menurut Ibrahim, menjelang tahun politik seperti sekarang ini pelaku pasar cenderung wait and see dan menunggu kepastian dulu. Sikap wait and see ini berkaitan erat dengan kebijakan di masa depan.
"Pelaku pasar perlu mengetahui kebijakan seperti apa yang kira-kira terjadi di Indonesia ke depan dengan melihat bacapres ataupun memproyeksi siapa bacapres terkuat," jelas dia.
Selama gelaran Pemilu 2024, kata Ibrahim, terdapat tren di mana rupiah mengalami pelemahan dan investor asing enggan masuk ke pasar modal dalam negeri. Pada gelaran Pemilu 2019, rupiah mengalami pelemahan. Namun, pelemahan hanya terjadi sesaat dan pulih kembali setelah pemenang pemilu diumumkan.
Selain itu, PMI Manufaktur Indonesia pada September 2023 berada di level 52,3. Angka tersebut menurun dibandingkan posisi Agustus 2023 di 53,9. Meskipun turun, PMI manufaktur bulan lalu diklaim masih berada di zona ekspansi karena munculnya permintaan baru dan ekspor yang meningkat.
"Sementara itu, inflasi di September menurun menjadi 2,28 persen (yoy) dari Agustus yang tercatat 3,27 persen, didorong oleh perlambatan inflasi komponen harga diatur pemerintah (administered price) dan inflasi inti," kata Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News