Mata uang rupiah. Foto : MI.
Mata uang rupiah. Foto : MI.

Hadapi Tekanan Suku Bunga The Fed, Rupiah Menguat Tipis

Antara • 02 Mei 2024 10:41
Jakarta: Mata uang rupiah menguat pada pembukaan perdagangan hari ini. Rupiah menguat tipis di tengah tekanan suku bunga The Fed bakal di level lebih tinggi.
 
Melansir Antara, Kamis, 2 Mei 2024, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, 2 Mei 2024, menguat 34 poin atau 0,21 persen menjadi Rp16.225 per USD dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.259 per USD.
 
baca juga: Meski Tipis, Rupiah Masih Takluk di Hadapan Dolar AS

Rupiah naik setelah Bank Sentral AS (Federal Reserve) pada Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB) mempertahankan suku bunga tidak berubah pada level tertinggi dalam 22 tahun, yaitu 5,25-5,5 persen. Langkah ini diputuskan karena data konsumen baru-baru ini menunjukkan inflasi terus mengalami peningkatan.
 
Melansir Xinhua, Kamis, 2 Mei 2024, keputusan terbaru bank sentral ini muncul hanya beberapa hari setelah Departemen Perdagangan melaporkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, ukuran inflasi pilihan The Fed, naik menjadi 2,7 persen pada periode Maret 2024.
 
Di tengah inflasi yang membandel yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS melambat secara signifikan sebesar 1,6 persen (yoy) pada kuartal pertama. Kondisi ini menandai penurunan tajam dari 3,4 persen pada kuartal keempat 2023.

Kenaikan BI rate menahan pelemahan suku bunga The Fed yang  stagnan pada penutupan perdagangan kemarin. Sebelumnya, BI secara resmi mengumumkan kenaikan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen.
 
Keputusan tersebut diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang diselenggarakan pada 23-24 April 2024. Pada RDG BI sebelumnya yang diadakan 19-20 Maret 2024, BI menahan suku bunga acuan di level enam persen.
 
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut, kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah, dari dampak memburuknya risiko global. "Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo.

Tekanan suku bunga tinggi

Rupiah hadapi tekanan dari Indeks USD (DXY) pada akhir perdagangan bulan Maret kembali berada di atas level 106 karena sentimen high for longer seiring data inflasi AS yang masih tetap tinggi. The Fed pada rapat FOMC kemarin, sesuai ekspektasi, tetap mempertahankan suku bunga kebijakan FFR pada level 5,5 persen.  
 
The Fed memberi sinyal akan mempertahankan level suku bunga tinggi saat ini untuk waktu yang lebih lama karena inflasi AS dalam beberapa bulan terakhir cenderung menunjukkan perkembangan yang meningkat. Namun demikian the Fed juga memberi sinyal mereka tidak akan menaikkan FFR untuk merespons data inflasi terkini seperti yang dikhawatirkan oleh pasar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan