Ilustrasi. Foto: dok MI.
Ilustrasi. Foto: dok MI.

Meski Tipis, Rupiah Masih Takluk di Hadapan Dolar AS

Husen Miftahudin • 30 April 2024 16:35
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
 
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 30 April 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.259 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun tipis empat poin atau setara 0,02 persen dari posisi Rp16.255 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah tipis empat poin walaupun sebelumnya sempat melemah 25 poin di level Rp16.259 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.255 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.255 per USD. Rupiah turun enam poin atau setara 0,04 persen dari Rp16.254 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.276 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga melemah sebanyak 27 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp16.249 per USD.
 
Baca juga: Menanti Arah Kebijakan The Fed, Rupiah Melemah
 

Kesinambungan kebijakan pemerintahan


Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) buka suara soal proyeksi perekonomian Indonesia di tengah masa transisi pemerintahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto.
 
IMF melihat adanya lebih banyak penekanan pada kesinambungan kebijakan. Serta adanya catatan soal meningkatkan pengeluaran anggaran dan langkah-langkah dalam meningkatkan pendapatan negara. 
 
Secara keseluruhan, adanya sebuah kesinambungan dalam reformasi kebijakan antara era Jokowi dan Prabowo, yakni dalam cara Indonesia mencapai kemajuan yang dinilai baik selama ini.
 
"Hal ini tercermin dalam fundamental ekonomi RI yang kuat serta pemerintah harus memainkan peran penting dalam menutup kesenjangan infrastruktur, pendidikan serta mendorong reformasi tata kelola pemerintahan," sebut dia.
 
Selain pendidikan dan infrastruktur, reformasi kunci lainnya adalah reformasi pendapatan negara. Indonesia memiliki rasio pajak 10 persen yang rendah dibandingkan dengan kebutuhan belanja struktural untuk pendidikan, infrastruktur, dan jaring pengaman sosial.
 
"IMF telah memberikan opsi-opsi untuk reformasi penerimaan sebagai hal yang sangat penting bagi pemerintahan yang baru," papar Ibrahim.
 
Di sisi lain, IMF melihat pertumbuhan ekonomi Tanah Air cukup kuat. IMF memproyeksi perekonomian Indonesia bertumbuh 5,0 persen pada 2024 dan 5,1 persen pada 2025.
 
Fundamental makro Indonesia, baik itu defisit fiskal juga berada di bawah batas atas yang dimiliki. Inflasi juga dinilai berada dalam kisaran target.
 
"Sehingga, angka 5,0 persen merupakan tingkat pertumbuhan yang sangat kuat dan Indonesia telah berkinerja baik, tumbuh sangat dekat dengan potensi selama sekitar satu dekade terakhir," jelas Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan