Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Konsumsi Domestik Diharapkan Jadi Bantalan di Tengah Perlambatan Global

Fetry Wuryasti • 10 Juli 2023 15:16
Jakarta: Memasuki semester II-2023, meski berperforma baik, ekonomi Indonesia dibayang-bayangi awan mendung gejolak perekonomian global, terutama dengan potensi Bank Sentral AS The Fed kembali menaikkan suku bunga Fed Fund Rate. Ini akan berdampak negatif untuk pasar obligasi dan saham Indonesia.
 
Oleh karena itu kekuatan domestik, dari konsumsi yang diharapkan meningkat saat dana Pemilu mulai bergulir mulai bulan Agustus akan mampu menjadi penopang dari kemerosotan harga komoditas dan lesunya permintaan global.
 
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan pada enam bulan sisa 2023, hari kerja akan lebih banyak, rata-rata hari kerja akan 20,8 hari. Dibandingkan pada enam bulan pertama 2023 dimana hari kerja rata-rata sebanyak 19 hari.

"Dengan kenaikan rata-rata hari kerja sebesar 10 persen di semester II-2023, diharapkan produktivitas ekonomi akan bergerak meningkat," ungkap Martha, Senin, 10 Juli 2023.
 
Dari sisi ritel, pada semester II-2023, banyak perusahaan-perusahaan melakukan ekspansi, yang menunjukkan keyakinan pengusaha bahwa ekonomi akan kembali. "Penjualan ritel diperkirakan juga akan menopang pertumbuhan ekonomi," sambungnya.
 
Tumbuhnya mobilitas ini juga yang akan tetap menopang permintaan kredit, di kala suku bunga sedang tinggi. Pada sektor perbankan, dengan level suku bunga saat ini yang bertahan di level tinggi, mulai terlihat pada kuartal I-2023 kenaikan dari sisi beban bunga, dan kemungkinan mempengaruhi net interest margin (NIM).
 
"Termasuk pada pertumbuhan kreditnya. Dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi akan membuat pertumbuhan kredit ikut melambat. Meski saat ini masih di double digit," kata Martha.
 
Baca juga: Meski Turun, Optimisme Konsumen terhadap Ekonomi Tetap Kuat

Penjualan otomotif mulai merangkak naik


Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, data juga memperlihatkan pertumbuhan penjualan otomotif sudah lebih baik dari level pra pandemi. Ini akan membawa dampak yang positif ke para emiten yang terkait dengan otomotif.
 
"Beberapa data pendukung diantaranya penjualan motor yang naik signifikan, juga penjualan mobil positif. Kami melihat efek dari pemilu ke depan yang mungkin bergulir dananya di kisaran Agustus itu bisa mendorong penjualan otomotif," kata Roger.
 
Sehingga meski terjadi perlambatan secara global ekonomi, tapi pertumbuhan penjualan mobil diprediksi masih positif tiga sampai lima persen. Sedangkan penjualan motor diperkirakan tumbuh di atas 15 persen di tahun ini.
 
Untuk sektor konsumer diunggulkan pada semester II-2023 ini, selama el nino tidak berkepanjangan, yang diprediksi sampai Desember 2023. "Ini dikhawatirkan akan berefek ke bahan baku atau komoditas dan emiten-emiten konsumer," kata Roger.
 
Di sisi lain kepemilikan surat utang juga sudah mulai didominasi oleh investor domestik, yang per kuartal I-2023 menguasai 85 persen dan kepemilikan asing hanya 15 persen kepemilikannya pada obligasi pemerintah (SBN) dan nilai perdagangan saham harian oleh investor domestik 65 persen, dan asing hanya 35 persen.
 
"Harapannya kenaikan suku bunga AS, walaupun nanti akan berimbas, tetapi efeknya lebih minimal dan terkelola ke pasar saham dan obligasi Indonesia. Lagipula koreksi IHSG telah terkoreksi minus dua persen sejak awal tahun (ytd) sehingga penurunannya sudah akan lebih terbatas," papar Roger.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan