Ilustrasi area kerja wilayah Pertamina Geothermal Energy. Foto: dok Pertamina.
Ilustrasi area kerja wilayah Pertamina Geothermal Energy. Foto: dok Pertamina.

Awas! Bisnis Pertamina Geothermal Energy Bisa Dibayang-bayangi Hal Ini

Ade Hapsari Lestarini • 01 Mei 2023 09:32
Jakarta: PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menerbitkan surat utang berwawasan hijau alias green bonds yang bakal digunakan untuk membayar utang kembali (refinancing).
 
Dalam laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penerbitan green bonds PGEO di luar wilayah Indonesia tersebut sebesar USD400 juta atau sekitar Rp6 triliun. Kupon dalam obligasi ini sebesar 5,15 persen per tahun yang jatuh tempo pada 2028.
 
Adapun dana bersih yang diperoleh dari penerbitan surat utang akan digunakan oleh perseroan untuk melunasi seluruh sisa utang berdasarkan facilities agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara perseroan dengan mandated lead arrangers, kreditur sindikasi awal, dan PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk sebagai facility agent yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023 (Facilities Agreement).

Pada tanggal keterbukaan informasi ini diterbitkan, yakni 21 April 2023, sisa jumlah kewajiban yang masih terutang berdasarkan facilities agreement adalah sebesar USD400 juta. Rencana
penggunaan dana tersebut telah sesuai dengan eligibility criteria yang telah ditetapkan dalam green financing framework perseroan.
 
Baca juga: Ini Akibatnya Kalau Bisnis Geotermal Pakai Skema Pembiayaan Jangka Panjang

Namun demikian, Fundamental Analyst PT Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana mengatakan setidaknya terdapat dua risiko yang akan dihadapi PGEO dalam aksi korporasi kali ini.
 
Pertama, perseroan akan menghadapi ketidakpastian apakah obligasi yang ditawarkan berhasil diserap semua atau tidak. Pasalnya, kata Raditya, jumlah kebutuhan dana yang ingin diperoleh dari penerbitan obligasi ini cukup besar, yakni senilai USD400 juta atau sekitar Rp6 triliun. Belum lagi dana tersebut harus didapatkan dalam waktu yang singkat.
 
"Dibilang singkat karena akan digunakan sebagai refinancing utang yang akan jatuh tempo pada Juni tahun ini, hanya sekitar satu bulan," ujarnya kepada wartawan, dikutip Senin, 1 Mei 2023.
 
Kedua, lanjut Raditya, PGEO akan sulit mendapatkan kupon obligasi yang lebih rendah dibandingkan dengan bunga pinjaman sebelumnya. Mengingat kondisi ekonomi global saat ini yang penuh dengan tantangan likuiditas.
 
Baca juga: Duh! Bisnis Pertamina Gagal Fokus, Ini Akibatnya..

Jika dihitung, mengacu pada LIBOR rate 3 bulan 2021 hanya sekitar 0,16 persen dan ditambah marjin terbesar pada perjanjian fasilitas per 23 Juni 2021 sebesar 0,7 persen, maka bunga pinjaman PGEO saat itu tidak lebih dari tiga persen. Sedangkan bunga kupon green bonds yang akan dirilis PGEO kali ini sebesar 5,15 persen per tahun.
 
Beban bunga yang dikenakan atas perjanjian pada saat itu adalah LIBOR 3 bulan ditambah marjin dan dibayarkan pada akhir periode bunga, di mana marjin untuk bulan 1-12 sekitar 0,5 persen untuk offshore dan 0,6 persen untuk onshore. Sementara marjin untuk bulan 19-24 sekitar 0,6-0,7 persen.
 
"Apabila kupon obligasi yang akan dipakai untuk bayar utang itu lebih besar dari bunga utangnya sendiri, bisa dibilang PGEO rugi dalam penerbitan global bonds ini," ungkapnya.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan