Sebagai subholding Pertamina, PGEO yang punya bisnis inti geotermal malah melakukan skema pembiayaan jangka pendek (short term financing) melalui IPO. Padahal, geotermal adalah bisnis jangka panjang yang seharusnya juga dibiayai dengan skema pembiayaan jangka panjang.
"Investasi itu penting, tapi harus dilakukan dengan hati-hati karena ada cerita masa lalu," kata Daymas dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 19 Maret 2023.
Dijelaskan lebih lanjut bisnis geotermal bukan bisnis jangka pendek seperti sektor retail atau bisnis startup yang cepat sekali pergerakannya. "Geotermal bisa dinikmati delapan sampai sembilan tahun mendatang. Masuk ke bisnis geotermal memang bagus, tapi lihat dulu risikonya," tukas dia.
Namun menjadi anomali ketika PGEO membiayai investasi yang bersifat long term dengan metode short term financing. Ia geram karena bisnis jangka panjang tapi mencari modal jangka pendek.
Sebab, dengan membuka saham ke publik, maka para investor menganggapnya bisa mendatangkan keuntungan dalam jangka pendek. Parahnya lagi, lebih dari 50 persen investor saham di Indonesia adalah investor retail.
"Karakter mereka sangat labil, yakni mengamati pergerakan saham day per day untuk ambil cuan jangka pendek. Ini jelas berbeda dengan karakter bisnis geothermal," tutur Daymas.
Baca juga: Salah Tata Kelola Keuangan Bisa Bikin Gagal Bayar Lho, Awas! |
Jadi bumerang
Sementara itu, pengamat pasar modal Lanjar Nafi mengatakan, oversubscribed yang disebut mencapai 3,8 kali pada saat PGEO debut di Bursa justru menjadi bumerang dan kekecewaan para investor retail.
"Harga saham PGEO hanya naik beberapa menit setelah pembukaan IPO," ujar Nafi.
Namun kemudian anjlok turun sampai mengalami Auto Rejection Bawah (ARB). Hingga tiga minggu kemudian saham PGEO terus tertekan di bawah harga IPO.
"Promosi sebelum IPO yang disuarakan dengan besarnya peminat saham PGEO dan fundamentalnya yang bagus seolah hanya jadi isapan jempol bagi investor," ucapnya.
Salah kelola
Executive Director Sinergi BUMN Institute Achmad Yunus mendeteksi adanya potensi salah pengelolaan di tubuh Pertamina melalui rencana IPO sejumlah anak usaha. Setelah PGE, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) juga akan segera go public pada tahun ini.
Dia menilai, ke depannya Pertamina terancam kehilangan hak kuasa karena aksi pelepasan saham negara pada sejumlah anak usaha tersebut. Yunus khawatir ini akan menjadi ancaman baru bagi Pertamina masuk pada lobang hitam kebangkrutan di tengah buruknya sistem manajemen perseroan.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News