Melansir Antara, Senin, 10 April 2023, rupiah perdagangan pagi turun 11 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.923 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.912 per USD.
"Rupiah diperkirakan melemah karena naiknya imbal hasil obligasi AS menyusul rilis data penggajian nonpertanian (Non-Farm Payroll/NFP)," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 13 basis poin (bps) menjadi 3,951 persen, sedangkan imbal hasil obligasi 10 tahun naik 8,8 bps menjadi 3,378 persen.
Menurut Lukman, kenaikan imbal hasil obligasi AS terjadi setelah data NFP terbaru menunjukkan sektor tenaga kerja Negeri Paman Sam yang masih ketat, sehingga memicu kembalinya kekhawatiran akan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.
Baca juga: Pasar Cabut dari Aset Berisiko Jadi Penyebab Rupiah Keok |
Data tenaga kerja AS
Data Departemen Tenaga Kerja AS juga menunjukkan data NFP meningkat 236 ribu pekerjaan bulan lalu, sedikit di bawah 239 ribu yang diperkirakan oleh para ekonom.Laporan yang diawasi ketat juga menunjukkan kenaikan upah tahunan melambat tetapi tetap terlalu tinggi untuk konsisten dengan target inflasi bank sentral AS sebesar dua persen.
Namun, kata Lukman, pelemahan rupiah akan terbatas pada hari ini dengan investor menantikan data cadangan devisa Indonesia yang diperkirakan kembali meningkat.
"Rupiah berpotensi berbalik menguat apabila data lebih baik dari perkiraan," tambahnya.
Oleh karena itu, dia memprediksi kurs rupiah bergerak di kisaran Rp14.875 per USD hingga Rp15 ribu per USD.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News