Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.
Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.

Baru Dibuka, Rupiah Tersandung ke Rp15.349/USD

Husen Miftahudin • 18 September 2024 10:08
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.
 
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 18 September 2024, rupiah hingga pukul 9.41 WIB berada di level Rp15.349 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 14 poin atau setara 0,09 persen dari Rp15.335 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp15.339 per USD, turun 10 poin atau setara 0,06 persen dari Rp15.329 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan menguat.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.230 per USD hingga Rp15.350 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 
Baca juga: Rupiah Sukses Pukul Mundur Dolar AS Hari Ini
 

Indonesia cetak surplus perdagangan lagi

 
Neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus per Agustus 2024 sekaligus mencatatkan surplus 52 bulan beruntun. Tercatat hasil keuntungan perdagangan barang dan jasa atau trade balance Indonesia dengan negara lain membukukan surplus senilai USD2,9 miliar pada Agustus 2024, sejalan dengan meningkatnya ekspor dan impor melambat.
 
Surplus NPI ditopang oleh komoditas nonmigas yakni bahan bakar mineral atau HS 27, lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), serta Besi dan Baja (HS 72). Ekspor nonmigas Indonesia pada Agustus 2024 tercatat mencapai USD22,36 miliar, meningkat 7,43 persen dibandingkan dengan Juli 2024.
 
"Kenaikan ini terutama ditopang oleh peningkatan ekspor produk lemak dan minyak nabati, biji logam, serta terak dan abu," papar Ibrahim mengutip laporan BPS.
 
Secara keseluruhan, ekspor Indonesia pada Agustus mencapai USD23,56 miliar, mengalami kenaikan 5,79 persen dari bulan sebelumnya. Namun, sektor migas mencatat penurunan, sementara nonmigas mengalami pertumbuhan yang signifikan.
 
Capaian ini di tengah kondisi pasar utama, seperti Jepang dan Amerika Serikat, yang tengah dalam kondisi Indeks Manufaktur (PMI) mengalami kontraksi. Pada saat yang sama, beberapa komoditas mengalami penurunan harga, terutama di sektor energi, pertanian, dan logam mineral.
 
"Namun, logam mulia, khususnya emas, mencatat peningkatan harga yang cukup signifikan," ungkap Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan