Ilustrasi. Foto: dok MI.
Ilustrasi. Foto: dok MI.

Lepas dari Belenggu Pelemahan, Rupiah Akhirnya Bikin Dolar AS K.O.

Husen Miftahudin • 18 April 2024 16:47
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah beberapa hari terus melemah pascalibur Lebaran.
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 18 April 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.179 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 41 poin atau setara 0,25 persen dari posisi Rp16.220 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 41 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 60 poin di level Rp16.179 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.220 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
 
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.170 per USD. Rupiah naik 45 poin atau setara 0,28 persen dari Rp16.215 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.177 per USD. Mata uang Garuda tersebut mengalami penguatan sebanyak 63 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp16.240 per USD.
 
Baca juga: Rupiah Taklukkan Dolar AS, Kembali ke Level Rp16.100/USD
 

Dolar AS keok

 
Ibrahim mengatakan, dolar AS melemah pada perdagangan Kamis karena para pedagang menilai prospek suku bunga AS setelah komentar dari pejabat Federal Reserve yang memperkuat ekspektasi pengaturan moneter akan tetap ketat untuk jangka waktu yang lebih lama.
 
Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed sebesar 44 basis poin tahun ini, jauh lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 160 bps, dengan bulan September menjadi titik awal terbaru dari siklus pelonggaran, CME FedWatch Tool menunjukkan.
 
"Para pedagang sebelumnya memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Juni, namun serangkaian data termasuk indeks harga konsumen (CPI) dan penolakan dari para bankir bank sentral telah mengubah ekspektasi tersebut," tutur dia.
 
Sementara itu, aktivitas ekonomi AS sedikit meningkat dari akhir Februari hingga awal April dan perusahaan-perusahaan mengisyaratkan mereka memperkirakan tekanan inflasi akan tetap stabil, menurut survei Federal Reserve pada Rabu.
 
Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan kemajuan dalam perlambatan inflasi AS mungkin terhenti, dan masih menjadi pertanyaan apakah suku bunga cukup tinggi untuk memastikan inflasi kembali ke target dua persen The Fed.
 
Sementara itu, pengambil kebijakan di Bank Sentral Eropa (ECB) terus menyarankan penurunan suku bunga pada Juni karena inflasi masih berada pada jalur untuk turun kembali ke dua persen pada tahun depan, meskipun jalur harga masih bergelombang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan