Jadi, lanjut Fendi, jika ada kontroversi terhadap investasi Telkomsel di GOTO sebaiknya juga melihat proses dan tujuan investasinya. Telkom memiliki komite investasi yang memiliki standar dan penilaian tersendiri ketika mengambil keputusan investasi.
Selain itu, selama saham GOTO tidak dijual dalam posisi rugi, sesungguhnya tidak ada kerugian negara dalam proses investasi yang dilakukan oleh Telkomsel.
"Selama bisnis proses sudah dijalani sesuai dengan SOP dan saham GOTO masih dimiliki oleh Telkom, ya ini investasi biasa saja. Wajar kok Telkom investasi di GOTO, seperti juga yang dilakukan Astra dan perusahaan besar lainnya," kata Fendi.
Fendi juga melihat besarnya kapitalasi GOTO menjadikan pergerakan terhadap saham emiten itu di BEI relatif stabil. Sebagai emiten dengan kapitalisasi saham terbesar kelima, posisi GOTO sangat strategis dan berpengaruh besar terhadap pergerakan indeks. Sehingga banyak pihak yang berkepentingan terhadap saham GOTO.
Sejak IPO pada 11 April lalu, saham GOTO selalu menjadi saham yang paling aktif ditransaksikan di BEI. Sebagai contoh, berdasarkan data transaksi di bursa saham, selama periode 17-20 Mei 2022, GOTO menjadi saham yang paling tinggi kenaikannya, yaitu 56,7 persen.
Pada periode tersebut, nilai transaksi atas saham GOTO juga menjadi yang tertinggi, di atas saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telkom Indonesia Tbk (persero) (TLKM) dan Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Selama empat hari bursa itu, nilai transaksi atas saham GOTO oleh investor mencapai lebih dari Rp5,01 triliun, di atas BBCA Rp4,51 triliun, TLKM Rp3,17 triliun dan BBRI sebesar Rp2,99 triliun.
Pada Selasa, 24 Mei 2022, transaksi atas saham GOTO juga masih yang terbesar mencapai senilai Rp1,28 triliun dengan volume saham yang ditransaksikan sebanyak 4.230 miliar saham yang setara dengan 24,32 persen perdagangan saham di BEI pada hari itu.
"Tingginya volume dan frekuensi transaksi atas saham GOTO menjadi indikasi saham ini likuid dan itu menjadi daya tarik investor. Tapi yang perlu diingat, investasi di saham teknologi tidak bisa dilakukan sesaat atau jangka pendek saja , karena bisnis teknologi memiliki karakter yang berbeda dengan bisnis kebanyakan yang sudah berkembang sebelumnya, sehingga karakteristik investornya juga berbeda," ujar Fendi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News