"Hal ini masih relatif lebih baik dibandingkan depresiasi berbagai mata uang sejumlah mata uang lainnya, misalnya India yang mengalami depresiasi 10,2 persen, Malaysia depresiasi 11,86 persen, dan Thailand depresiasi 12,23 persen," ungkapnya dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) IV Tahun 2022, Kamis, 3 November 2022.
Menurut Sri Mulyani, tren depresiasi nilai tukar negara berkembang didorong oleh menguatnya dolar AS yang diakibatkan oleh kebijakan moneter The Fed akibat meningkatnya ketidakpastian keuangan global.
Baca juga: Rupiah Kembali Ambruk, Nyaris Sentuh Level Rp15.700/USD |
Di tempat yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan pihaknya akan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dengan tetap berada di pasar sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi, terutama imported inflation melalui intervensi di pasar valas serta pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.
"BI juga melanjutkan penjualan/pembelian SBN di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan BI7DRR dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing guna memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah," pungkas Perry.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News