Laba bersih setelah pajak BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat menjadi Rp2,418 triliun sepanjang Januari-September, dibanding Rp2,046 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
"Pertumbuhan laba bersih BTPN yang impresif tidak lepas dari optimisme masyarakat dan pelaku usaha terhadap pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan para nasabah kami terhadap BTPN di tengah tingginya inflasi dan tren kenaikan suku bunga bank," kata Direktur Utama BTPN Henoch Munandar, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 1 November 2022.
Pertumbuhan laba bersih BTPN terutama dikontribusi oleh peningkatan pendapatan operasional dan penurunan biaya kredit. Pendapatan operasional naik empaat persen year-on-year (yoy), didukung oleh naiknya pendapatan bunga bersih yang naik empat persen yoy menjadi Rp8,669 triliun per akhir September 2022 dan pendapatan operasional lainnya sebesar lima persen yoy.
Kenaikan pendapatan bunga bersih ini didorong oleh peningkatan kredit segmen korporasi sebesar 23 persen yoy dan pembiayaan syariah sebesar 11 persen yoy. Sementara itu, biaya kredit turun 19 persen yoy menjadi Rp1,294 triliun.
"Kami terus memantau kualitas kredit nasabah dan menjaga kecukupan pencadangan biaya kredit," kata Henoch.
Baca juga: Bank BTPN Siap Jaga Momentum Pertumbuhan Kredit di 2022 |
Total kredit yang disalurkan BTPN meningkat 13 persen yoy menjadi Rp155,43 triliun per akhir September 2022, seiring dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang optimistis. Pertumbuhan kredit BTPN ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit di industri perbankan yakni 11 persen yoy pada akhir September 2022 menurut data Bank Indonesia.
Pertumbuhan kredit juga mendorong aset BTPN naik sembilan persen yoy menjadi Rp199,90 triliun pada akhir triwulan III-2022. BTPN berhasil menjaga kualitas kredit tetap baik, tercermin dari rasio gross non-performing loan (NPL) yang berada di level 1,41 persen. Angka ini turun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 1,56 persen dan lebih rendah dibandingkan rata-rata industri sebesar 2,88 persen pada akhir Agustus 2022.
Selain itu BTPN menyesuaikan jumlah dana pihak ketiga (DPK) dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas Bank. DPK BTPN meningkat sebesar satu persen yoy menjadi Rp103,88 triliun pada akhir September 2022.
Terdapat pergerakan DPK dari deposito berjangka ke Current Account Saving Account (CASA). CASA Bank BTPN meningkat 21 persen yoy sebesar Rp7,30 triliun menjadi Rp42,87 triliun per akhir September 2022, dan rasio CASA naik menjadi 41 persen. Deposito berjangka turun 10 persen yoy atau sebesar Rp6,64 triliun menjadi Rp61,01 triliun.
Rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 194,4 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 123,1 persen per akhir September 2022. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat di 25,0 persen.
Kinerja bank digital
Sebagai salah satu pionir dalam pengembangan bank digital di Indonesia, BTPN terus meningkatkan berbagai keandalan fitur Jenius -aplikasi life finance solution bagi nasabah digital savvy- melalui proses kokreasi dan kolaborasi dengan para kokreator, termasuk Kartu Kredit Jenius Visa yang baru saja diluncurkan pada 28 Oktober 2022.Jenius mencatatkan pertumbuhan jumlah registered user hampir 20 persen yoy menjadi 4,21 juta akhir September 2022, dari 3,51 juta pada periode yang sama tahun lalu. DPK yang dikelola Jenius juga menunjukkan kenaikan sebesar 33 persen yoy menjadi Rp19,4 triliun, dan total kredit yang disalurkan melalui Jenius (Flexi Cash) mencapai Rp786,86 miliar, atau naik 185 persen yoy dari Rp275,89 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
"Dengan kinerja baik dan fundamental yang sehat, kami optimistis bisa menjaga pertumbuhan ini dari waktu ke waktu guna memenuhi kebutuhan finansial nasabah kami di berbagai segmen," ungkap Henoch.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News