Ilustrasi Rupiah. Foto: MI/Pius Erlangga.
Ilustrasi Rupiah. Foto: MI/Pius Erlangga.

Tak Berkutik Lawan Dolar AS, Rupiah Balik Lagi ke Level Rp16.300

Husen Miftahudin • 30 Juli 2024 17:49
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
 
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 30 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.300 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 19 poin atau setara 0,12 persen dari posisi Rp16.281 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 19 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 50 poin di level Rp16.300 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.281 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
 
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.295 per USD. Rupiah melemah 21 poin atau setara 0,13 persen dari Rp16.274 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.320 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 34 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.286 per USD.
 
Baca juga: Sukses Jaga Keperkasaan, Rupiah Berhasil Pukul Mundur Dolar AS Hari Ini
 

Utang pemerintah nambah lagi

 
Adapun posisi utang pemerintah naik menjadi Rp8.444,87 triliun hingga akhir Juni 2024 atau tiga bulan jelang berakhirnya kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
 
Meskipun demikian, rasio ini tetap konsisten terjaga di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara. Kemenkeu merincikan, mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,12 persen.
 
Mengutip buku APBN Kita, posisi utang pemerintah pada Juni 2024 ini mengalami peningkatan dari Rp8.353,02 triliun pada Mei 2024 (mtm). Dengan posisi utang tersebut, rasio utang per akhir Juni 2024 tercatat sebesar 39,13 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
 
Sementara berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 87,85 persen. Per akhir Juni 2024, tercatat lembaga keuangan memegang sekitar 41,1 persen kepemilikan SBN domestik, terdiri dari perbankan 22,1 persen dan perusahaan asuransi dan dana pensiun sebesar 19,0 persen. 
 
Kepemilikan SBN domestik oleh Bank Indonesia (BI) tercatat sekitar 23,1 persen yang antara lain digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter. Sementara itu, asing tercatat hanya memiliki SBN domestik sekitar 13,9 persen termasuk kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral asing.
 
"Selain itu, pemerintah konsisten mengelola utang secara cermat dan terukur dengan menjaga risiko suku bunga, mata uang, likuiditas, dan jatuh tempo yang optimal. Selain itu, pemerintah mengutamakan pengadaan utang dengan jangka waktu menengah-panjang dan melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif," jelas Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan