Mengutip data Bloomberg, Kamis, 28 Maret 2024, rupiah hingga pukul 10.29 WIB berada di level Rp15.866 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun delapan poin atau setara 0,05 persen dari Rp15.858 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.863 per USD, turun 15 poin atau setara 0,09 persen dari Rp15.848 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, lemahnya rupiah pada pagi ini disebabkan oleh pandangan sebagian besar pedagang yang tetap bias terhadap dolar AS setelah sinyal dovish dari Swiss National Bank (SNB) dan Bank of England yang mematok greenback sebagai satu-satunya mata uang dengan imbal hasil tinggi dan risiko rendah.
"Selain itu, antisipasi terhadap data indeks harga PCE utama yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed dan komentar dari pejabat tinggi The Fed akhir pekan ini juga mendorong aliran dana ke dolar AS, terutama karena para pedagang menunggu lebih banyak isyarat mengenai penurunan suku bunga AS," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.
Ditambah, komentar dari anggota dewan Bank of Japan (BoJ) Naoki Tamura yang mengatakan bank sentral harus melanjutkan secara perlahan dan terus-menerus menuju normalisasi kebijakan ultra-longgar dalam beberapa bulan mendatang. Komentarnya memperkuat dugaan BoJ akan tetap bersikap dovish dalam waktu dekat.
"Kekhawatiran ini muncul terutama setelah diplomat mata uang Jepang memperingatkan mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun dalam menahan pelemahan mata uangnya," terang Ibrahim.
Baca juga: Pagi-pagi Sudah Tumbang, Rupiah Sentuh Level Rp15.800-an |
Pemerintahan baru perlu meramu strategi
Dari dalam negeri, Ibrahim menilai pemerintahan yang akan dipimpin oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendatang perlu untuk meramu sejumlah strategi dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,0 persen sampai 7,0 persen.
"Untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi enam sampai tujuh persen, tidak cukup jika pemerintahan mendatang hanya melanjutkan," ucap Ibrahim mengingatkan.
Sebelumnya, gagasan yang selalu disampaikan Prabowo-Gibran selama kampanyenya adalah keberlanjutan, yaitu melanjutkan program-program atau strategi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) yang telah berjalan selama ini.
Padahal, banyak pekerjaan rumah di bidang ekonomi yang justru perlu perbaikan. Pasalnya, selama pemerintahan era Jokowi, pertumbuhan ekonomi stagnan pada level lima persen, bahkan dengan kecenderungan menurun.
Jika narasinya melanjutkan, menurut Ibrahim, bukan berarti tidak bisa memperbaiki, ada hal-hal yang perlu segera diperbaiki. Salah satu sektor yang perlu dibenahi yaitu sektor pangan, fenomena lonjakan harga pangan dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan ketahanan pangan Indonesia masih sangat lemah.
Kenaikan harga pangan saat ini memang dipengaruhi oleh faktor El Nino. Tapi di luar itu, aspek-aspek lainnya yang juga memengaruhi harga pangan seharusnya bisa dikendalikan pemerintah.
"Intinya, kalau ekonomi mau tumbuh lebih baik, yang harus didorong, salah satunya pangan. Ini tidak cukup hanya dilanjutkan, tetapi pemerintah mendatang harus harus diperbaiki," tegas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News