Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.
Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi.

Pagi-pagi Sudah Tumbang, Rupiah Sentuh Level Rp15.800-an

Husen Miftahudin • 27 Maret 2024 10:11
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan pagi ini sudah tumbang di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), setelah kemarin sempat berhasil menguat meski tipis.
 
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 27 Maret 2024, rupiah hingga pukul 9.42 WIB berada di level Rp15.838 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 46 poin atau setara 0,29 persen dari Rp15.792 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.833 per USD, turun hingga 48 poin atau setara 0,30 persen dari Rp15.785 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, lemahnya rupiah pada pagi ini disebabkan oleh upaya The Fed yang menandai kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) pada tahun ini, namun menambahkan hal ini akan sangat bergantung pada jalur inflasi.
 
"Hal ini membuat rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti, yang merupakan ukuran inflasi dasar yang disukai The Fed, menjadi fokus perhatian, meskipun hal ini akan dirilis ketika pasar tutup pada Jumat Agung," terang Ibrahim dikutip dari analisis hariannya.
 
Selain itu, ada sejumlah pejabat Fed yang akan berbicara minggu ini termasuk Ketua Fed Jerome Powell, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, dan gubernur Fed Lisa Cook dan Christopher Waller.
 
Komentar mereka juga akan dipelajari dengan cermat seiring pasar mencari petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga, termasuk kemungkinan bank sentral mulai menurunkan suku bunga pada Juni.
 
Baca juga: Rupiah Berhasil Menguat Tipis
 

Ekonomi RI tetap kuat

 
Di sisi lain, pasar merespons positif terhadap prospek perekonomian Indonesia yang diperkirakan tetap kuat sejalan dengan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Indonesia yang dipertahankan pada BBB+ dengan outlook stabil oleh Lembaga Pemeringkat Japan Credit Rating Agency, Ltd. (JCR). Keputusan ini mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat dan utang pemerintah yang terkendali.
 
JCR juga memperkirakan utang pemerintah akan menurun secara gradual sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan defisit fiskal pemerintah. Dengan afirmasi rating Indonesia tersebut, pemangku kepentingan internasional tetap memiliki keyakinan yang kuat atas terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia. Hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan serta sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Bank Indonesia (BI) dan pemerintah.
 
Adapun, JCR memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 mencapai 5,0 persen, didukung oleh konsumsi swasta dan investasi. Implementasi UU Cipta Kerja dinilai mampu meningkatkan penanaman modal asing (PMA) antara lain untuk pembangunan infrastruktur dan Ibu Kota Nusantara. 
 
Dari sisi fiskal, kredibilitas kebijakan fiskal diperkirakan terjaga, tecermin pada defisit fiskal yang kembali berada di bawah tiga persen dari PDB pada 2022 yang oleh implementasi reformasi perpajakan dan realokasi belanja pemerintah. Pada 2023, defisit fiskal kembali tercatat turun menjadi 1,66 persen dan akan tetap dipertahankan di bawah tiga persen untuk 2024.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan