"Kita perlu melindungi rakyat dari kenaikan harga. Kita harus bersama melindungi rakyat, mensejahterakan rakyat, agar rakyat tentram, sehingga inflasi bisa terkendali, ekonomi tumbuh, Indonesia maju," ujarnya dalam peluncuran Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Solo Raya, dikutip Minggu, 4 September 2022.
Gerak bersama untuk mengendalikan inflasi itu mutlak dilakukan. Pasalnya, BI tak akan mampu meredam lonjakan inflasi akibat kondisi geopolitik dan ekonomi dunia yang kian suram. Dukungan diperlukan agar upaya bank sentral bisa optimal.
Perry menyatakan, bila inflasi dapat terkendali, maka dapat dipastikan kondisi daya beli masyarakat berada dalam kondisi yang baik. Dengan begitu, keduanya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional secara menyeluruh.
Alih-alih tersungkur seperti kebanyakkan ekonomi negara lain, Indonesia harus bisa saling merangkul dan mendukung untuk menjaga tingkat inflasi nasional.
"Sejumlah negara mengalami resesi, dan yang rugi adalah rakyat. Karena itu mari kita bersama-sama mengatasi inflasi supaya tidak terjadi seperti di negara barat sana, inflasi tidak turun, suku bunga dikerek, ekonominya turun," jelas Perry.
Baca juga: Ditopang Indikator Ekonomi, Penaikan Harga BBM Dinilai Jadi Momentum Tepat |
Di kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Dolfie O.F.P sependapat dengan Perry. Pasalnya, kerja sama dan kolaborasi yang dilakukan pemangku kepentingan nasional telah berbuah manis pada penanganan covid-19.
Langkah bersama itu, kata dia, perlu juga diterapkan dalam upaya menjaga tingkat inflasi dan konsistensi pertumbuhan ekonomi Tanah Air. "Di ASEAN, kita adalah inflasi terendah kedua setelah Vietnam, jadi ini adalah hasil kerja bersama kita agar barang-barang tidak naik harganya sehingga rakyat bisa terlindungi," tutur Dolfie.
Namun dia menekankan, sejumlah tantangan masih menanti di depan mata, utamanya dari sisi pangan. Indonesia, kata Dolfie, merupakan negara penghasil beras paling produktif di ASEAN. Hanya, biaya produksi beras Indonesia masih cukup tinggi, bahkan di level ASEAN.
Mahalnya biaya produksi beras di Tanah Air diakibatkan oleh tingginya sewa lahan pertanian. "Komponen termahal itu adalah sewa lahan. Jadi ternyata petani ini kita sekarang adalah buruh tani, mereka menyewa lahan. Kedua adalah pupuk dan ketiga adalah tenaga kerja. Ini masih menjadi tantangan kita ke depan," pungkas Dolfie.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id