Logo Bank Indonesia di Komplek Kantor Bank Indonesia, Jakarta. FOTO: MI/ROMMY PUJIANTO.
Logo Bank Indonesia di Komplek Kantor Bank Indonesia, Jakarta. FOTO: MI/ROMMY PUJIANTO.

Alasan BI Masih Betah Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,5%

Eko Nordiansyah • 21 Juli 2022 15:32
Jakarta: Bank Indonesia (BI) membeberkan alasan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen. Padahal saat ini sejumlah bank sentral di dunia juga telah menaikkan suku bunga acuannya.
 
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, saat ini inflasi di Indonesia relatif terkendali meski mengalami kenaikan. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi juga tetap melanjutkan tren pemulihan didorong oleh kinerja konsumsi domestik maupun pertumbuhan ekspor dan investasi.
 
"Keputusan suku bunga BI rate didasarkan pada perkiraan inflasi ke depan, khususnya inflasi inti dan tentu saja implikasinya pertimbangannya juga pada pertumbuhan ekonomi," kata dia dalam video conference, Kamis, 21 Juli 2022.

Ia menjelaskan, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang meningkat sebesar 4,35 persen (yoy) berbeda dengan inflasi inti yang tercatat 2,63 persen (yoy). Inflasi inti tersebut mencerminkan antara kesimbangan permintaan dan penawaran di dalam ekonomi nasional.
 
"Inflasi inti 2,63 persen menunjukan meskipun permintaan di dalam negeri itu meningkat, tapi masih terpenuhi dengan kapasitas produksi nasional. Di sinilah kenapa tekanan-tekanan inflasi dari fundamental yang tercermin pada inflasi inti masih terkelola," ungkapnya.
 
Baca juga: Lagi, BI Masih Betah Tahan Suku Bunga Acuan 3,5%

 
Sementara itu, Perry menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga didorong oleh kenaikan ekspor dan investasi. Pada saat yang sama konsumsi domestik juga mulai pulih sehingga memberikan dampak positif terhadap proyeksi ekonomi Indonesia.
 
"Pertimbangan-pertimbangan inflasi inti yang masih dalam sasaran dan juga risiko perlambatan (ekonomi) itu tentu saja memengaruhi kenapa kami masih mempertahankan BI rate tetapi dengan langkah-langkah penguatan respons kebijakan moneter," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan