Ilustrasi. Foto: dok MI.
Ilustrasi. Foto: dok MI.

Rupiah Rabu Pagi Malas Gerak, Masih di Rp15.505/USD

Husen Miftahudin • 06 Desember 2023 10:09
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini tak mengalami perubahan dibandingkan penutupan kemarin.
 
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 6 Desember 2023, rupiah hingga pukul 09.32 WIB berada di level Rp15.505 per USD. Mata uang Garuda tersebut masih pada posisi yang sama dibandingkan dengan penutupan perdagangan di hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.504 per USD, turun lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp15.499 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meski demikian rupiah kemungkinan besar akan mengalami pelemahan.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.480 per USD hingga Rp15.550 per USD," ujar Ibrahim.
 
Baca juga: Rangkaian Data Ekonomi AS Bikin Dolar Naik
 

Proyeksi ekonomi Indonesia naik


The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi sebesar 4,9 persen pada 2023.
 
Para ekonom mengungkapkan proyeksinya sejalan dengan laporan dari OECD tersebut. Pada 29 November 2023, OECD dalam laporan terbarunya melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 meningkat, dari yang sebelumnya sebesar 4,7 persen kini diproyeksikan menjadi 4,9 persen.
 
Untuk proyeksi pada 2024, OECD juga meningkatkan proyeksinya dari yang sebesar 5,1 persen menjadi 5,2 persen. Pada 2025 juga diproyeksikan sebesar 5,2 persen.
 
Dalam laporannya, organisasi tersebut juga menuturkan Indonesia akan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan stabil. Kinerja apik tersebut didukung dengan kondisi pasar tenaga kerja yang lebih baik dan inflasi yang lebih rendah.
 
"Kemudian, sentimen investor juga diproyeksikan mendukung konsumsi dan investasi," papar Ibrahim.
 
Diketahui, 52 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga yang saat ini terus kuat, karena tingkat inflasi yang terjaga dan didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah. Oleh karena itu daya beli masyarakat terjaga dan tingkat mobilitas semakin pulih. 
 
Sedangkan terkait pemilu, risiko aksi wait and see investor swasta terhadap kinerja pembentukan modal tetap bruto yang menyumbang 30 persen terhadap PDB di tengah tahun politik menjelang pemilu 2024 dampaknya cenderung minim.
 
"Hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah pascarilis proyeksi OECD adalah menjaga stabilitas di masa transisi politik dan menjaga keyakinan konsumen selama periode pemilu," tutup Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan