Melansir Allianz Indonesia, Senin, 24 Juli 2023, untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif khususnya di lingkungan kerja, kita perlu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi penghalang, salah satunya adalah Generation Gap. Di dunia kerja saat ini, banyak perusahaan baik korporasi maupun startup yang tenaga kerjanya umumnya didominasi oleh generasi muda.
Namun ada juga beberapa perusahaan korporasi seperti Allianz Group, yang mengedepankan nilai inklusi sehingga memiliki karyawan berasal dari beberapa generasi yang masih aktif dan produktif mengisi dunia kerja, di antaranya yaitu generasi X (1965-1980), generasi Y atau milenial (1981-1996), dan generasi Z (1997- 2012).
Selanjutnya pada prakteknya di lingkungan kerja sehari-hari komunikasi antar/lintas generasi ini seringkali menjadi tantangan tersendiri karena adanya Generation Gap. Dikutip dari Fincash, Generation Gap adalah perbedaan dalam pemikiran, keyakinan, dan tindakan orang-orang dari generasi yang berbeda.
Baca: Baru Satu Semester Realisasi Investasi Sudah Rp678,7 Triliun |
Dalam lingkungan kerja, seringkali Generation Gap terjadi karena perbedaan persepsi dalam melihat suatu masalah dan ekspektasi yang berbeda. Sehingga dapat memicu konflik yang berujung pada stres, sulit menyesuaikan diri hingga rendahnya tingkat kolaborasi antar tim maupun individu.
Salah satu cara untuk mengatasi Generation Gap yang terjadi adalah dengan memahami komunikasi lintas generasi. Communication Coach & Motivator Hilbram Dunar menyampaikan ada beberapa tips yang harus diperhatikan jika berkomunikasi/berbicara dengan orang lain khususnya lintas generasi agar tidak terjadi miskomunikasi, di antaranya yaitu:
- Pahami karakter setiap generasi yang berbeda.
- Atur dan sesuaikan nada bicara.
- Gunakan bahasa tubuh yang lebih terbuka.
- Lakukan pemilihan kata yang tepat sesuai dengan karakter generasinya.
Saat berhadapan dengan orang yang baru ditemui atau yang lebih senior seperti atasan di kantor, pasti sering mengalami grogi dan kurang percaya diri. Ini merupakan hal yang wajar menurut Hilbram. Jika tidak mengalami grogi justru orang cenderung berbicara asal-asalan dan tidak mempedulikan lawan bicara.
Oleh karena itu penting bagi seseorang untuk mengendalikan grogi agar penyampaian kata-kata bisa lebih jelas dan tepat sasaran. "Communication is a heart skill, yaitu lebih dari sekadar berbicara dengan jelas tapi juga harus menginspirasi dengan cara menghargai lawan bicara, menunjukkan empati dan kerendahan hati, serta menjadi pendengar yang baik," ucapnya.
"Dengan begitu, komunikasi lintas generasi dapat berjalan efektif," pungkas dia.
Oleh karena itu penting bagi seseorang untuk mengendalikan grogi agar penyampaian kata-kata bisa lebih jelas dan tepat sasaran. "Communication is a heart skill, yaitu lebih dari sekadar berbicara dengan jelas tapi juga harus menginspirasi dengan cara menghargai lawan bicara, menunjukkan empati dan kerendahan hati, serta menjadi pendengar yang baik," ucapnya.
"Dengan begitu, komunikasi lintas generasi dapat berjalan efektif," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News