Mengutip data Bloomberg, Senin, 29 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.810 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 15 poin atau setara 0,09 persen dari posisi Rp15.833 di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 15 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 20 poin dari penutupan sebelumnya di level Rp15.833 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp15.805 per USD. Rupiah menguat sembilan poin atau setara 0,05 persen dari Rp15.814 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.825 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga menguat empat poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp15.829 per USD.
Baca juga: Rupiah Berjibaku Lawan Dolar AS, Meski Kalah Tipis di Senin Pagi |
Optimisme pertumbuhan ekonomi
Ibrahim mengungkapkan, pemerintah mengamini pernyataan para ekonom yang tetap optimis terhadap pertumbuhan ekonomi di 2023 mampu mencapai di atas lima persen.
"Demikian juga dengan tahun ini, dimana perekonomian Indonesia diramal akan semakin tinggi dan jauh dari kata resesi, walaupun gejolak geopolitik terus memanas," tutur Ibrahim.
Diketahui, pada kuartal III-2023 perekonomian memang masih di bawah lima persen, yakni 4,94 persen. Namun, jika dilihat dari sejumlah indikator, pada akhir tahun atau kuartal IV-2023 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai di atas lima persen. Hal tersebut bisa dilihat dari indikator makroekonomi.
Optimisme tersebut, tercermin dari laju inflasi yang semakin melandai. Pada Desember 2023 inflasi sebesar 2,61 persen, berada di kisaran target yang ditetapkan pemerintah 2,5 persen plus minus satu persen.
Kemudian, rasio utang di 2023 semakin membaik di kisaran 38,7 persen. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan 2021 dan 2022.
Dari sisi neraca perdagangan juga masih mencetak surplus meski terjadi penurunan dibandingkan 2022. Penurunan ini terjadi salah satunya karena harga komoditas yang mengalami penurunan.
"Neraca perdagangan RI surplus 40 bulan berturut-turut, meskipun di 2023 menurun dibandingkan 2022 menjadi USD36,9 miliar dari sebelumnya USD54 miliar," kata Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News