Ilustrasi. Foto: dok MI/Susanto.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Susanto.

Rupiah Menguat Tipis di Awal Pekan, Dibuka di Level Rp14.822/USD

Husen Miftahudin • 12 September 2022 09:47
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini menguat tipis.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 12 September 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp14.822,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 7,5 poin atau setara 0,05 persen dari posisi Rp14.830 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp14.818 per USD hingga Rp14.825 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 3,92 persen.

Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada pada tren penguatan. Rupiah bertengger di posisi Rp14.815 per USD, menguat 13 poin atau 0,08 persen dari Rp14.828 per USD.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun mata uang Garuda pada penutupan perdagangan diperkirakan bertaji.
 
"Untuk perdagangan Senin, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp14.800 per USD hingga Rp14.860 per USD," jelasnya.
 
Baca juga: Dolar AS Anjlok ke Level Terendah

 
Hal ini didorong oleh sentimen indeks dolar dan indeks dolar berjangka yang keduanya kehilangan 0,6 persen setelah Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga. Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga dengan rekor 75 basis poin (bps), mengambil suku bunga deposito di atas nol persen untuk pertama kalinya sejak 2012 ECB.
 
Ibrahim sendiri memperkirakan Bank Sentral Eropa akan terus menaikkan suku bunga untuk meredam permintaan, dengan memprioritaskan perang melawan inflasi.
 
Di sisi lain, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral akan bertindak 'kuat' untuk mengendalikan inflasi. Komentarnya ini karena melihat para pedagang yang mulai menetapkan harga dalam peluang lebih dari 85 persen bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin bulan ini.
 
"Penurunan klaim pengangguran AS juga menunjukkan kekuatan di pasar tenaga kerja. Kondisi ini memberi The Fed lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga," pungkas Ibrahim.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan