Ilustrasi. FOTO: Medcom.id
Ilustrasi. FOTO: Medcom.id

2 Saham Ini Berpeluang Cuan saat Industri Kimia Diramal Cerah di 2023

Angga Bratadharma • 19 Februari 2023 14:04
Jakarta: Prospek industri kimia di 2023 dinilai masih akan tumbuh positif. Pasalnya, aktivitas manufaktur dalam negeri yang tercermin dari PMI Index Indonesia pada Januari 2023 terlihat terus ekspansif pada level 51,3, mencerminkan dari sisi permintaan terutama permintaan domestik sangat kuat sehingga sukses mendorong aktivitas manufaktur.
 
Selain itu, sisi permintaan global juga terlihat masih kuat, tercermin dari kinerja ekspor non migas terpantau cukup solid dengan tumbuh 13,97 persen YoY. Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 yang dapat tumbuh di kisaran 4,9-5,3 persen maka proyeksi industri kimia ke depan masih dapat tumbuh positif.
 
Permintaan produk di pasar domestik pada industri petrokimia hulu juga sangat besar, dengan industri hulu ini sebagai pemasok bahan baku ke industri turunannya seperti industri plastik, serat kain, tekstil, elektronik, otomotif, kabel listrik, dan beberapa jenis produk kemasan lainnya.

Financial Expert Ajaib Sekuritas Chisty Maryani mengungkapkan pemerintah juga saat ini berupaya untuk mengembangkan industri kimia dengan mensubstitusi impor bahan dan barang kimia seperti di antaranya etilena, propilena, BTX, polipropilena (PP), serta polietilena (PE) yang dapat mendorong industri kimia tumbuh kedepannya.
Baca: Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Program Kartu Prakerja Gelombang 48

Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga melakukan upaya pemberian insentif harga gas bumi USDD6 per MMBTU untuk mendorong peningkatan tambahan kapasitas produksi dalam negeri sehingga dapat menjaga pasokan domestik sekaligus menambah pangsa ekspor.
 
"Namun kami melihat ada faktor yang berpotensi menghambat kinerja industri kimia, seperti rencana penurunan tarif Bea Masuk (BM) sampai dengan nol persen untuk produk petrokimia dari Uni Emirate Arab (UEA)," kata Chisty, dilansir dari keterangan tertulisnya, Minggu, 19 Februari 2023.
 
Hal tersebut, lanjutnya, berpotensi akan memicu impor yang tinggi untuk produk dari UEA. Industri petrokimia di UEA menggunakan bahan baku ethane gas yang pabriknya telah terintegrasi dengan kilang minyak, menyebabkan harga produk petrokimia lebih terjangkau.
 
"Kami melihat emiten industri kimia yang masih menarik untuk pelaku pasar di antaranya adalah produk petrokimia yang merupakan produk esensial untuk industri hilir seperti plastik, tekstil, kosmetik, pestisida, bahan farmasi, bahan peledak, dan karet sintetik," tuturnya.
 
Ia menambahkan salah satu emiten yang menarik dicermati adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Berdasarkan kinerja laporan keuangan kuartal III-2022, industri petrokimia menjadi kontributor pendapatan utama BRPT sebesar 81 persen. Naiknya permintaan petrokimia yang tinggi baik dari dalam negeri maupun global mampu meningkatkan kinerja BRPT ke depan.
 
Selain BRPT, tambahnya, emiten yang menarik untuk dicermati adalah PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA). Bisnis LPG dan amonia menjadi kontributor utama pendapatan ESSA per September 2022 dengan masing-masing USD9 juta dan USD307 juta.
 
"Peningkatan kinerja ESSA kami proyeksikan berlanjut seiring peningkatan harga ammonia global yang terbilang cukup signifikan yakni 105 persen yoy di kisaran USD902 per MT. Selain itu, ESSA juga melakukan ekspansi bisnis yang mengarah pada Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dengan menyediakan ammonia biru," pungkasnya.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan