Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi
Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi

Ada Sentimen Ini, Investor Alih Fokus ke Sektor Bank dan Properti?

Annisa ayu artanti • 01 Juli 2025 12:06
Jakarta: Memasuki awal Juli 2025, pelaku pasar saham Indonesia kembali dihadapkan pada berbagai sentimen penting dari dalam dan luar negeri. 
 
Menurut analis pasar modal dari Indo Premier Sekuritas, Indri Liftiany Travelin Yunus, pekan ini (30 Juni-4 Juli 2025) akan menjadi momen krusial untuk mencermati arah pasar sekaligus mengatur strategi investasi.

Deflasi Tiongkok dan data ekonomi AS

Dari sisi global, pelaku pasar perlu mewaspadai beberapa data ekonomi penting yang diperkirakan akan memengaruhi pergerakan indeks. 
 
Salah satunya adalah Indeks NBS Manufacturing PMI China bulan Juni yang diprediksi turun tipis ke 49,5, dari posisi sebelumnya 49,7. Pelemahan ini dikaitkan dengan masih berlanjutnya tekanan deflasi dan efek dari perang tarif.

Sementara itu, dari Amerika Serikat, investor juga menanti ISM Manufacturing PMI yang diperkirakan menguat sedikit ke 48,8, serta laporan Non-Farm Payrolls (NFP) Juni yang justru diramal melambat ke 129.000, dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat 139.000.
 
Indeks S&P Global Composite PMI Final AS untuk bulan Juni pun diproyeksikan turun tipis ke 52,8, dari 53 pada periode sebelumnya.
 
Baca juga: IHSG Menguat, Saham Ini Potensi Cuan! Cek Rekomendasi Hari Ini

Sentimen domestik, inflasi dan neraca dagang 

Dari dalam negeri, investor mencermati tiga hal utama yaitu PMI Manufaktur Indonesia yang diperkirakan naik ke 48,5 dari sebelumnya 47,4, menandakan perbaikan meski masih di bawah ambang ekspansi.
 
Neraca Perdagangan Mei 2025 yang diprediksi naik signifikan menjadi USD1 miliar, jauh di atas bulan sebelumnya yang hanya USD0,15 miliar.
 
Inflasi Juni 2025 yang diperkirakan meningkat ke 2,4 persen dari 1,6 persen di bulan sebelumnya, menunjukkan kenaikan tekanan harga.

Fokus pasar bergeser dari komoditas ke properti dan perbankan

Indri menyebut bahwa pasar mulai mengalihkan perhatian dari isu geopolitik menuju prospek pemangkasan suku bunga global dan kebijakan tarif Amerika Serikat. 
 
“Secara garis besar sentimen dalam sepekan terakhir mulai dari aksi gencatan senjata hingga prospek pemangkasan suku bunga yang lebih cepat dapat menjadi sentimen positif untuk IHSG," ujarnya.
 
Ia menilai bahwa pelaku pasar kini mulai melirik sektor perbankan dan properti sebagai peluang baru setelah sebelumnya banyak berkutat di sektor komoditas.
 
“Fokus para pelaku pasar akan mulai beralih dari ketegangan di Timur Tengah kepada prospek pemangkasan suku bunga dan kebijakan mengenai tarif, mengingat pada tanggal 9 Juli 2025 merupakan tenggat penundaan penerapan kebijakan tarif oleh Amerika Serikat,” jelasnya.
 
Melihat dinamika sentimen yang cukup kompleks, Indri memproyeksikan IHSG akan bergerak konsolidatif dalam kisaran support 6.740 dan resistance 7.060. 
 
Investor disarankan untuk tetap selektif dan menjaga portofolio dengan proporsi yang seimbang, sambil menanti kejelasan arah dana asing.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan