Sebab, kenaikan suku bunga BI berujung para meningkatnya suku bunga kredit pada segmen konsumsi dengan cepat, seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hingga kredit kendaraan motor.
"Itu artinya (suku bunga BI) akan melemahkan penjualan perumahan, maupun kendaraan bermotor. Masyarakat, mungkin lebih menahan diri dulu untuk belanja barang-barang yang sifatnya konsumtif,” kata Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, dilansir Antara, Jumat, 20 Oktober 2023.
Bhima menilai keputusan itu dilatarbelakangi oleh melemahnya nilai tukar rupiah, serta ketidakpastian global yang masih berlanjut.
Baca juga: Suku Bunga KPR Jadi Penghambat Gerak Properti Tahun Depan |
Penyesuaian fasilitas pembiayaan kredit
Selain berdampak pada kredit konsumsi, keputusan BI juga memengaruhi sektor usaha produktif karena tingginya suku bunga mengakibatkan ada penyesuaian pada fasilitas pembiayaan kredit modal kerja dan kredit investasi, yang berpotensi menghambat ekspansi yang dilakukan oleh para pelaku usaha.Ia memberikan contoh, para pelaku usaha berpotensi mengkompensasikan biaya suku bunga yang tinggi ke dalam harga jual produknya sehingga berimbas pada konsumen akhir.
"Masalahnya tidak semua segmen konsumsi dengan kondisi hari ini siap menanggung biaya bunga yang meningkat, dan ini artinya konsumen pun juga dihadapkan pada situasi menahan pembelian barang, atau dia harus berhemat, atau mengurangi pembelian barang-barang lainnya," ujar dia.
Bhima memproyeksikan meningkatnya suku bunga BI masih akan terus berlanjut beberapa bulan ke depan mengingat nilai tukar rupiah yang semakin melemah, serta ekonomi nasional yang masih dihantui ketidakpastian global.
Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 58 poin atau 0,36 persen menjadi Rp15.873 per USD dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.815 per USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News