Rupiah pada Rabu pagi dibuka naik 34 poin atau 0,23 persen ke posisi Rp14.905 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.939 per USD.
"Rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar AS karena perkembangan data-data ekonomi AS yang menunjukkan potensi pelambatan ekonomi di AS," kata Pengamat Pasar uang Ariston Tjendra, dilansir Antara, Rabu, 26 April 2023.
Data-data ekonomi AS tersebut meliputi antara lain aktivitas manufaktur dan kekhawatiran terhadap situasi perbankan di AS.
Baca juga: Kekhawatiran Resesi Bikin Harga Minyak Landai |
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim pengangguran baru meningkat menjadi 245 ribu dalam pekan yang berakhir 14 April dari 240 ribu pada minggu sebelumnya. Para ekonom memperkirakan pembacaan 242 ribu.
Federal Reserve Philadelphia melaporkan indeks manufaktur Fed Philadelphia adalah -31,3 pada April, turun dari -23,2 pada Maret. Itu adalah pembacaan terendah sejak Mei 2020. Para ekonom memperkirakan pembacaan -19,4.
Selain itu, indeks aktivitas bisnis umum di Texas melemah menjadi -23,4 pada April, turun dari -15,7 pada Maret, menurut survei prospek manufaktur yang diterbitkan oleh Federal Reserve Dallas.
Para ekonom memiliki ekspektasi -11,5. Indeks produksi di bawah angka survei 0,9 pada April, turun dari 2,5 pada Maret.
Federal Reserve Chicago juga melaporkan indeks aktivitas nasional Fed Chicago berdiri di 0,19 pada April, tidak berubah dari pembacaan sebelumnya pada Maret.
Survei kondisi ekonomi Fed Chicago (CFSEC) menunjukkan indeks aktivitas turun ke -37 pada April dari -8 pada Maret, menunjukkan pertumbuhan ekonomi jauh di bawah tren.
Ariston menuturkan pasar masih berekspektasi bank sentral AS hanya akan menaikkan suku bunga acuan satu kali saja tahun ini.
Baca juga: Nyerah Juga! Bed Bath & Beyond Akhirnya Ngajuin Bangkrut |
Kenaikan suku bunga
Di sisi lain, para petinggi Bank Sentral AS masih menyuarakan kenaikan suku bunga acuan AS untuk menurunkan tingkat inflasi AS yang masih jauh dari target dua persen. Hal itu membuat dolar AS tidak melemah terlalu dalam.Pasar juga menunggu perkembangan data ekonomi AS selanjutnya. Pada Kamis ini, pasar menantikan data Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal pertama. Data itu menjadi indikator kesehatan ekonomi AS yang bisa membalikkan ekspektasi pasar mengenai kebijakan Bank Sentral AS ke depan.
Ariston memperkirakan rupiah berpeluang menguat ke arah Rp14.880 per USD dengan potensi resisten di kisaran Rp15.000 per USD.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News