Ilustrasi, aktivitas operasional tambang nikel NICL. Foto: dok NICL.
Ilustrasi, aktivitas operasional tambang nikel NICL. Foto: dok NICL.

Pasokan Terganggu, Emiten Nikel NICL Bakal Tambah Produksi di Semester II-2024

Husen Miftahudin • 31 Mei 2024 11:13
Jakarta: Emiten produsen nikel PT PAM Mineral Tbk (NICL) berencana untuk meningkatkan produksi pada semester II-2024, sesuai kapasitas Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Tahunan (RKAB).
 
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan harga jual nikel yang kini proses produksi perusahaan terganggu akibat sejumlah sentimen yang membuat terbatasnya suplai nikel pada akhir kuartal I-2024 hingga awal kuartal II-2024.
 
"Maka dengan adanya penambahan kapasitas produksi dan keluarnya RKAB, diharapkan dapat meningkatkan harga jual yang berkelanjutan yang kemudian akan meningkatkan Average Selling Price (ASP) perseroan," ucap Direktur Utama NICL Rudy Tjanaka, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 31 Mei 2024.
 
Rudy pun menjelaskan sejumlah sentimen yang membuat terbatasnya suplai nikel. Pada kuartal II-2024 situasi geopolitik yang saat ini berkembang, diantaranya yaitu meluasnya sanksi Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap Rusia atas ekspor bahan mentah dan larangan penjualan di London Metal Exchange (LME) dan Chicago Mercantile Exchange (CME).
 
Selain itu, insiden di Kaledonia Baru yang mempengaruhi operasional perusahaan pertambangan nikel yaitu terganggunya aktivitas produksi tambang dan beberapa pertambangan nikel di Australia mengalami gangguan pasokan akibat faktor biaya.
 
Akibat beberapa sentimen ini, ungkap dia, pasokan bijih nikel dunia terutama di Kaledonia Baru dan Australia tidak normal, yang diperkirakan dapat menjadi katalis positif untuk kenaikan harga dalam rantai industri nikel kedepannya.
 
Hal ini tercermin dengan meningkatnya harga acuan nikel di akhir April 2024 sudah meningkat 8,76 persen menjadi USD17.424,52/dmt dibandingkan dengan periode Maret 2024 yang berada pada level USD16.021,67/dmt.
 
"Perseroan meyakini adanya beberapa sentimen positif tersebut, dan telah disetujuinya RKAB untuk tahun 2024, perseroan akan menggenjot produksi dan penjualan yang kemudian akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan perseroan," tegas Rudy.
 
Perseroan, lanjut dia, juga menargetkan pencapaian penjualan hingga akhir 2024 ini sebesar Rp1,289 triliun dengan target Laba Sebelum Pajak sebesar Rp352 miliar. "Perseroan berkeyakinan dengan iklim usaha industri yang kondusif, perseroan dapat mencapai target kinerja keuangan diatas," tutur Rudy meyakinkan.
 
Baca juga: Pengembangan Industri Nikel Berkelanjutan Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik
 

Kinerja keuangan menurun

 
Pada kuartal pertama 2024, terdapat tekanan oversupply atas komoditas nikel yang terjadi di Indonesia yang menyebabkan penurunan harga yang signifikan. Berdasarkan data dari Ditjen Minerba Kementerian ESDM, harga acuan nikel sejak periode September 2023 hingga Maret 2024 telah mengalami penurunan sebesar 23,08 persen.
 
Hal ini berdampak negatif bagi NICL. Melalui entitas anak perseroan yaitu PT Indrabakti Mustika (IBM) ini, hanya mencatatkan laba bersih pada kuartal I-2024 sebesar Rp12,2 miliar.
 
Dari segi kinerja keuangan, pada kuartal I-2024 perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp116,7 miliar, mengalami penurunan sebesar 54,98 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2023 sebesar Rp259,4 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan volume produksi nikel karena RKAB perseroan (NICL) baru terbit pada Mei 2024.
 
Namun, perseroan berhasil melakukan efisiensi beban pokok pendapatan dengan meningkatkan marjin laba kotor pada kuartal I-2024 menjadi 37,07 persen dari 36,92 persen pada kuartal I-2023.
 
Seiring dengan menurunnya penjualan perseroan, laba usaha perseroan juga mengalami penurunan pada kuartal I-2024, dimana tercatat sebesar Rp19,5 miliar atau menurun 74,85 persen dibandingkan dengan kuartal I-2023 yang sebesar Rp77,8 miliar.
 
Sehingga dari sisi laba bersih, perseroan hanya mencatatkan keuntungan pada kuartal I-2024 sebesar Rp12,2 miliar atau mengalami penurunan sebesar 78,92 persen dibandingkan dengan kuartal I-2023.
 
"Penurunan tersebut disebabkan karena Persetujuan RKAB Entitas anak (IBM), yang baru disetujui pada akhir bulan Februari sehingga total penjualan yang tercatat pada kuartal I-2024 hanya merupakan penjualan selama bulan Maret," papar Rudy.
 
Dari sisi neraca, perseroan mencatatkan total aset pada kuartal I-2024 sebesar Rp881,7 miliar, tumbuh signifikan dibandingkan dengan total aset pada kuartal I-2023 yaitu sebesar Rp692,1 miliar. Di sisi lain, total utang pada kuartal I-2024 tercatat sebesar Rp123,9 miliar atau tidak berubah signifikan dari periode sebelumnya sebesar Rp.119,9 miliar.
 
Sementara, untuk total ekuitas perseroan mengalami peningkatan yaitu dari Rp572,1 miliar menjadi Rp757,7 miliar pada kuartal I-2024. Hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba perseroan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan