baca juga: Pembangunan Pelabuhan untuk Dukung Hilirisasi Nikel |
"Sebenarnya Indonesia itu the largest nickel producer di dunia dan the lowest in term of pricing (terendah dalam penetapan harga). Kan lucu kalau misalnya nikel kita sudah the largest tapi baterainya mahal," kata Rico, dilansir Antara, Jumat, 10 Mei 2024.
Rico menilai sangat wajar apabila harga baterai kendaraan listrik di Indonesia masih mahal, karena baterai yang menjadi pemasok energi EV masih didapatkan melalui mekanisme impor, seperti dari Tiongkok.
Butuh investasi di pabrik baterai
Menurut dia, industri nikel di Tanah Air mengusung prinsip keberlanjutan untuk turut mendukung keinginan pemerintah untuk menambah tingkat komponen lokal dalam kendaraan listrik."Dengan masuknya investasi dari luar maupun kolaborasi dengan penanaman modal dalam negeri terkait penanaman modal di pabrik baterai, saya rasa akan menjadi salah satu faktor yang mendorong industri EV itu sendiri," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan selain mendorong pengembangan industri nikel berkelanjutan dengan memberi berbagai keringanan pajak hingga insentif lainnya, Rico juga mendukung langkah pemerintah yang melarang ekspor bijih nikel murni, serta setuju mewajibkan industri untuk mendirikan smelter.
Menurutnya, kebijakan yang baik tersebut bisa dibarengi dengan regulasi untuk melarang impor hasil dari smelter nikel, dan meminta industri membangun pabrik baterainya di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News