Pelabuhan smelter nikel MMP memiliki kapasitas sebesar 7 juta-7,5 juta ton per tahun dan dapat mengakomodasi kapal Panamax hingga 80 ribu Deadweight Tonnage (DWT) serta dilengkapi dengan peralatan modern seperti dua portal luffing crane. Proyek ini berhasil rampung dalam waktu kurang lebih 15 bulan, waktu yang relatif cepat untuk proyek dengan skala tersebut.
baca juga: Pengaktifan Kembali Smelter Timah Hasil Sitaan di Babel Perlu Landasan Hukum |
Presiden Direktur PT MMP Adhi Dharma Mustopo menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap PT PP karena kolaborasinya yang sangat baik dan profesional sehingga berhasil mencapai catatan kinerja yang baik.
"Adapun pelabuhan ini dinilai menjadi sesuatu yang patut dibanggakan karena membawa MMP semakin dekat dengan upayanya untuk berkontribusi kepada agenda hilirisasi mineral di Indonesia," tegas dia dalam keterangan tertulis, Rabu, 8 Mei 2024.
Adhi juga menambahkan pelabuhan berperan penting untuk mendukung perkembangan MMP kedepannya untuk mewujudkan pembangunan ekosistem industri energi hijau yang berkelanjutan, serta dapat memberikan dampak yang signifikan dalam mendukung pengembangan ekonomi dan industri di Indonesia dan Kalimantan Timur pada khususnya di sektor hilir mineral nikel.
“MMP sebagai bagian dari MMS Group Indonesia selalu berkomitmen kepada prinsip bisnis berkelanjutan yang sejalan dengan visi misi Group dalam menjalankan setiap kegiatannya. Kegiatan operasional kami didesain untuk dapat meminimalkan carbon footprint sebagai bagian untuk mewujudkan program Net Zero Emission Indonesia 2060,” ujar dia.
Selain itu, hal lain yang patut dicatat adalah rekam jejak keselamatan kerja yang sangat baik berhasil dibukukan selama proses pembangunan pelabuhan ini. Hal ini terjadi berkat komitmen yang tinggi dan kolaborasi dari kedua belah pihak.
Mendorong transisi energi hijau
Sementara itu, Direktur Keuangan PT PP Agus Purbianto mengaku puas bisa menyelesaikan pembangunan sesuai dengan tenggat waktu yang ditetapkan dengan kualitas dan safety yang sesuai dengan standar yang diterapkan perusahaan.“Terkait penyelesaian proyek pembangunan pelabuhan sudah sangat sesuai dengan standar kualitas, safety, dan waktu penyelesaian. Memang itu adalah standar PT PP dimanapun kami bekerja, di seluruh area operasi kami, terkait dengan QHSE dan waktu pelaksanaan proyek menjadi concern semua karena terus terang, kepuasan stakeholder menjadi prioritas dari kami,” ucap dia.
Ia pun berharap operasional pelabuhan smelter nikel MMP ini bisa berjalan secara optimal guna mendukung program pemerintah menuju transisi energi hijau. ‘’Tentunya dengan beroperasinya port atau jetty dari MMP, harapannya operasional dari smelter nikel ini bisa berjalan optimal untuk membantu program pemerintah dalam transisi energi hijau,” imbuh dia.
MMP, perusahaan 100 persen Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebagai anak usaha dari MMS Group Indonesia (MMSGI) menghasilkan nickel matte yang merupakan bahan baku penting untuk pembuatan baterai ramah lingkungan. Dengan proyek pembangunan pelabuhan ini, MMP kembali menegaskan komitmennya untuk mendukung pembangunan ekosistem energi hijau di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News