Mengutip data Bloomberg, Senin, 24 Juli 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.026 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik tipis satu poin atau setara 0,00 persen dari posisi Rp15.027 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah hari ini didorong oleh sentimen perkiraan pertumbuhan ekonomi 2023 yang masih akan bertahan di atas konsensus.
"Yaitu sebesar 5,1 persen, dengan perkiraan tersebut sejalan dengan hasil produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama 2023 yang lebih kuat dari perkiraan awal," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.
Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi terus membaik hingga saat ini, lanjutnya, karena konsumsi rumah tangga akan terus meningkat di semester kedua 2023. Dengan didorong oleh inflasi yang rendah, aktivitas perekonomian yang kembali normal, serta peningkatan belanja pemilu.
Di samping itu, perkiraan rata-rata inflasi 2023 untuk Indonesia menjadi 3,9 persen dari sebelumnya 4,1 persen, dimana hal itu telah mencerminkan inflasi secara ytd yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga ekspektasi terkait inflasi makanan akan relatif stabil.
Selain itu, pertumbuhan di kawasan ASEAN dinilai masih tetap sehat meskipun sedikit terjadi perlambatan, hal tersebut dikarenakan belum adanya dampak positif dari dibukanya kembali Tiongkok dari pandemic covid-19. Selain itu perlambatan ekonomi di Tiongkok sangat berdampak terhadap ekonomi di kawasan ASEAN.
"Dengan melambatnya ekonomi global maka, para ekonom telah memperkirakan beberapa perekonomian ASEAN termasuk Vietnam, Indonesia, dan Filipina akan tumbuh lebih dari lima persen di tahun 2023. Sementara Thailand dan Malaysia diperkirakan tumbuh di atas empat persen," paparnya.
Baca juga: Rupiah Gak Banyak Berubah di Penutupan Awal Pekan |
Faktor eksternal
Di sisi lain Ibrahim memandang sinyal tentang lebih banyak dukungan kebijakan di Tiongkok tidak banyak membantu sentimen yang lemah, dengan ketidakpastian atas rencana Fed untuk tindakan suku bunga di masa depan membuat investor menghindari aset yang digerakkan oleh risiko.
"Bank sentral masih diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Tapi apakah itu akan menandakan lebih banyak kenaikan suku bunga tahun ini masih harus dilihat, mengingat inflasi AS masih cenderung di atas kisaran target tahunan bank," jelas dia.
BOJ sendiri telah memberikan sedikit indikasi pihaknya berencana untuk memperketat kebijakan ultra-longgarnya dalam waktu dekat dan secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dan langkah-langkah pengendalian kurva imbal hasil.
Pemerintah Jepang mengatakan inflasi kemungkinan akan melambat lebih lanjut tahun ini, sebelum melambat menjadi sekitar 1,5 persen tahun depan ketika menghilangkan efek dari faktor-faktor yang terjadi satu kali.
Pasar juga tampak kewalahan oleh janji Beijing untuk meluncurkan lebih banyak langkah guna mendukung investasi swasta di negara tersebut. Sebuah pemberitahuan yang dirilis mengatakan pemerintah berencana untuk mengizinkan perusahaan swasta masuk ke sektor-sektor termasuk transportasi, air, dan infrastruktur lainnya, dan juga akan mengeluarkan kebijakan untuk mempermudah investasi di negara tersebut.
"Pejabat Tiongkok juga berjanji untuk meningkatkan langkah-langkah likuiditas setelah pertumbuhan ekonomi melambat tajam pada kuartal kedua," urai Ibrahim.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Kamis lusa akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami pelemahan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.010 per USD hingga Rp15.080 per USD," tutup Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News