Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah pada hari ini utamanya disebabkan oleh tekanan eksternal. Meskipun sebenarnya dari dalam negeri, data-data ekonomi yang dirilis menunjukkan kinerja yang positif.
Neraca Dagang Indonesia misalnya, yang pada Oktober 2022 tercatat surplus sebesar USD24,81 miliar. Nilai ekspor Oktober 2022 sebesar USD24,81 miliar atau naik 0,13 persen (mtm) dan naik 12,30 persen (yoy), sedangkan impor mencapai USD19,14 miliar atau turun 3,4 persen (mtm).
"Karena angka ekspor lebih besar dari impor, dengan begitu neraca perdagangan Indonesia pada Oktober ini kembali mengalami surplus. Dengan begitu, Indonesia mengalami surplus perdagangan USD5,67 miliar. Itu berarti neraca dagang RI surplus 30 bulan berturut-turut," sebut Ibrahim dalam analisis hariannya, Selasa, 15 November 2022.
Selain itu, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal ketiga 2022 kembali menurun. Posisi ULN Indonesia tercatat sebesar USD394,6 miliar. Secara kuartalan turun dari sebelumnya USD403,6 miliar.
Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) maupun sektor swasta. Secara tahunan, posisi ULN kuartal III-2022 mengalami kontraksi sebesar 7,0 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 2,9 persen (yoy).
"Secara tahunan, ULN pemerintah mengalami kontraksi 11,3 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 8,6 persen (yoy)," paparnya.
Baca juga: Rupiah Lesu di Selasa Sore, Ditutup Rp15.537/USD |
Sementara itu, indeks dolar AS tercatat lebih tinggi setelah jatuh empat persen pada minggu lalu, yang menandai penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2020. Ini terjadi setelah data menunjukkan harga konsumen AS naik kurang dari yang diharapkan pada Oktober dan mendorong taruhan untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve yang lebih lambat ke depan.
Sementara greenback mendapat keuntungan dari pembacaan investor yang hawkish atas komentar akhir pekan dari Gubernur Fed Christopher Waller. Ia kehilangan beberapa kekuatan karena sesi berlanjut karena harapan investor untuk kenaikan yang lebih lambat diperbarui oleh komentar Wakil Ketua Fed Lael Brainard.
Menurutnya, Fed sekarang dapat mulai berpikir tentang kenaikan pada kecepatan yang lebih lambat tetapi memperingatkan data inflasi 'hanya satu poin data' dan pembacaan lain diperlukan untuk menunjukkan perlambatan yang meyakinkan dalam kenaikan harga.
"Fed memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, kemungkinan akan memperlambat laju pengetatannya segera setelah mengetahui seberapa tinggi biaya pinjaman yang harus dikeluarkan untuk berapa lama demi menurunkan inflasi," jelas Ibrahim.
Ibrahim memprediksi, rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar masih mengalami pelemahan. "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.520 per USD hingga Rp15.570 per USD," tutup dia.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News