Mengutip data Bloomberg, Senin, 3 Juni 2024, rupiah hingga pukul 09.28 WIB berada di level Rp16.238 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 14 poin atau setara 0,09 persen dari Rp16.252 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.234 per USD, naik 10 poin atau setara 0,06 persen dari Rp16.244 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada awal pekan ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan menguat.
"Untuk perdagangan Senin ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.210 per USD hingga Rp16.300 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Baca juga: Naik Tipis, Rupiah Parkir di Rp16.253/USD |
Genjot konsumsi masyarakat
Kondisi global yang bermasalah akibat tensi geopolitik di Timur Tengah dan Eropa yang terus memanas membuat perekonomian global bermasalah, terbukti dengan turunnya Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal pertama 2024 yang rendah.
"Ini akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia di kuartal kedua 2024," kata Ibrahim.
Guna mengangkat konsumsi masyarakat kembali bangkit, menurut dia, maka pemerintah harus kembali menggelontorkan stimulus berupa Bantuan Sosial (Bansos) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT), sehingga dampak dari kenaikan harga-harga bisa diimbangi dengan bantuan tersebut walaupun hanya 10 kg per keluarga.
Dalam hal tersebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi sinyal bantuan pangan atau bansos beras bakal diperpanjang hingga tahap tiga pada tahun ini. Hal itu diungkapkan Jokowi saat memantau pembagian bantuan beras di Gudang Bulog Taba Pingin, Lubuklinggau, Sumatra Selatan.
Adapun, bantuan beras tahun ini pada awalnya direncanakan hanya sebanyak dua tahap selama Januari-Juni 2024. Artinya, apabila perpanjangan bantuan beras dilanjut hingga tahap tiga, maka periode pembagian beras gratis sebanyak 10 kg per bulan itu akan berlangsung dari Juni hingga September 2024.
Kemudian, sambung Ibrahim, Bank Indonesia (BI) harus lebih sigap lagi dalam melakukan intervensi di pasar Valas dan Obligasi di perdagangan DNDF. Andaikata intervensi dipasar kurang kuat, maka BI harus kembali menaikan suku bunga acuan pada Juni 2024 sebesar 25 bps yang bertujuan untuk menstabilkan mata uang rupiah.
"BI masih ada ruang untuk menaikan suku bunga sebesar 50 bps di 6,75 persen. Apabila kondisi global terus memanas, harga minyak dunia melonjak tinggi dan rupiah terus melemah," tutup Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News