Ilustrasi. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.

Meski Tipis, Rupiah Akhirnya Sukses Libas Dolar AS

Husen Miftahudin • 17 Oktober 2023 17:04
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah berminggu-minggu terus mengalami tekanan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
 
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 17 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.716 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik tipis lima poin atau setara 0,03 persen dari posisi Rp15.721 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat lima poin walaupun sebelumnya sempat menguat 15 poin di level Rp15.716 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.721 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp15.709 per USD. Rupiah juga menguat tipis lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp15.714 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.718 per USD. Mata uang Garuda tersebut justru turun dua poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.716 per USD.
 
Baca juga: Rupiah Menguat, tapi Siap-siap Terpengaruh Ekonomi Global
 

Pasar masih soroti konflik Timur Tengah


Menurut Ibrahim, dolar AS berayun dalam kisaran yang ketat pada hari ini karena para pedagang mengamati perkembangan di Timur Tengah dan bersiap untuk serangkaian pidato pejabat bank sentral minggu ini untuk mengukur prospek kebijakan moneter.
 
Perhatian investor akan tertuju pada Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell, yang akan menyampaikan pidatonya pada hari Kamis, di tengah minggu sibuknya pidato para kepala bank regional. Para pejabat Fed akan memasuki periode blackout pada 21 Oktober sebelum periode blackout The Fed pada 31 Oktober-1 November.
 
Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia Patrick Harker mengatakan bank sentral tidak boleh menciptakan tekanan baru pada perekonomian dengan meningkatkan biaya pinjaman.
 
"Pedagang dana berjangka Fed memperkirakan peluang 33 persen kenaikan suku bunga di Desember dan 10 persen peluang kenaikan suku bunga di November, menurut FedWatch Tool milik CME Group," ucap Ibrahim.
 
Kepala ekonom Bank Sentral Eropa Philip Lane mengatakan bank sentral akan memerlukan waktu, mungkin hingga musim semi mendatang, sebelum dapat yakin inflasi kembali ke target dua persen.
 
Di sisi lain, diplomat keuangan terkemuka Jepang Masato Kanda mengatakan yen masih dianggap sebagai aset safe haven seperti dolar dan franc Swiss meskipun baru-baru ini melemah, dan mendapat manfaat dari permintaan akibat konflik di Timur Tengah.
 
Sementara itu, shekel Israel pada Senin menembus level utama empat per dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2015 di tengah kegelisahan atas perang Israel dengan kelompok militan Palestina Hamas.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan