"Dari dalam negeri, akan terbit data ekspor dan impor yang diproyeksikan akan turun, namun masih surplus. Ini akan masih memberikan harapan. Namun, turunnya ekspor juga memberikan kecemasan apakah perlambatan permintaan dunia memberikan dampak yang signifikan atau tidak terhadap Indonesia," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Senin, 17 Juli 2023.
Dalam pertemuan Menteri Keuangan G-20 di India, Menteri Keuangan Indonesia, Ibu Sri Mulyani Indrawati mengatakan optimistis pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan mencapai lima persen, meski prospek global semakin gelap terutama dari Tiongkok.
Sri Mulyani juga yakin pemilu 2024 akan memacu perekonomian karena adanya tambahan belanja pemerintah maupun partai politik. Baik Indonesia dan India, keduanya ingin bekerja sama untuk memperkuat hubungannya karena keduanya merupakan salah satu mitra dagang terbesar dengan Tiongkok.
"Yang menarik, Menkeu kemarin mengatakan Indonesia telah memangkas estimasi defisit anggaran 2023 dari 2,8 persen menjadi 2,3 persen dari GDP, karena neraca fiskal mencatatkan surplus yang cukup besar hingga pertengahan tahun," kata Nico.
Defisit anggaran yang lebih kecil memberikan pemerintah Indonesia ruang yang lebih besar, sebelum memasuki pasar global untuk menerbitkan obligasi. Oleh karena itu, Indonesia telah mengurangi penjualan obligasi setiap minggunya, dan akan mengandalkan cadangan kas untuk membiayai anggaran.
"Ini merupakan langkah tepat. Penerbitan obligasi yang rendah dan minim telah mendorong pasar obligasi menjadi lebih stabil, sekalipun pasar global penuh dengan volatilitas," kata Nico.
Inflasi Eropa
Dari global, proyeksi inflasi di Eropa, diperkirakan akan turun dari 6,1 persen menjadi 5,5 persen-6,0 persen. Untuk inflasi inti Eropa, diproyeksikan akan turun dari 5,4 persen menjadi 5,0 persen-5,2 persen.
Data inflasi di Eropa, akan menjadi sebuah gambaran, sejauh mana Christine Lagarde bersama dengan Bank Sentral Eropa akan menaikkan tingkat suku bunga mereka untuk mengendalikan inflasi.
Bank Sentral Eropa jauh lebih berhati-hati dibandingkan Bank Sentral AS The Fed yang memang lebih agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga. Sebab The Fed jauh lebih yakin terhadap perekonomiannya dibandingkan Bank Sentral Eropa.
Namun apabila inflasi Eropa tidak dikendalikan, tentu akan merugikan ekonomi. Data inflasi di Eropa akan hadir pada Rabu 19 Juli, waktu setempat.
Setelah Eropa, data prioritas yang kedua adalah Tiongkok, yang akan mengeluarkan data pertumbuhan ekonomi Tiongkok, diikuti dengan beberapa data penting lainnya.
Data pertumbuhan ekonomi Tiongkok, secara tahunan pada kuartal II-2023 diproyeksikan akan naik dari 4,5 persen menjadi 6,5 persen-7,0 persen. Namun secara antar kuartal (QoQ) kuartal II-2023, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diproyeksikan akan turun dari 2,2 persen menjadi 0,5 persen-0,8 persen.
"Secara kuartal, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tidak terlepas dari tekanan perlambatan ekonomi, apalagi setelah kita ketahui ekspor Tiongkok anjlok, diikuti oleh inflasi yang rendah yang terjadi di Tiongkok yang mendekati nol persen," kata Nico.
Data pertumbuhan ekonomi Tiongkok ini akan menjadi fokus penting, karena akan memberikan gambaran sejauh mana perlambatan ekonomi negara itu terjadi dan dampaknya terhadap dunia.
Baca juga: Duh! Kinerja Ekspor Indonesia Juni 2023 Turun 5% |
Data produksi industri Tiongkok
Pada Senin, 17 Juli 2023, juga akan keluar data industrial production secara tahunan (YoY) yang diprediksi turun dari 3,5 persen menjadi 2,5 persen-3,0 persen. Penurunan ini juga akan terjadi di Retail Sales (YoY), yang diproyeksikan akan turun dalam dari 12,7 persen menjadi 3,0 persen-3,5 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang rendah, akan bersanding dengan data penjualan ritel yang juga memberikan gambaran yang terhadap kemampuan daya beli.
"Apabila data yang keluar hari ini kurang baik, maka akan memberikan tekanan kepada pasar hari ini, apalagi bagi Indonesia dengan Tiongkok merupakan mitra dagang utamanya," kata Nico.
Prioritas data kedua akan datang dari data inflasi Jepang, yang akan keluar pada Kamis, 20 Juli 2023. Secara proyeksi, inflasi di Jepang berpotensi meningkat kembali dari 3,2 persen menjadi 3,2 persen-3,5 persen, dan inflasi inti (YoY) diproyeksikan akan turun dari 4,3 persen menjadi 4,0 persen-4,3 persen.
Data inflasi menjadi salah satu data yang sangat penting bagi Bank Sentral Jepang, karena akan memberikan sebuah gambaran sejauh mana Bank Sentral Jepang akan bereaksi dalam membaca data tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News