Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.

Rupiah Dibuka 'Panas Dingin' di Tengah Penantian Data Inflasi AS

Husen Miftahudin • 13 September 2023 10:19
Jakarta: Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengakui nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini bakal melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penantian rilis data inflasi AS menjadi sebab utama mata uang Garuda melempem.
 
"Fokus pasar valuta asing minggu ini adalah pada data inflasi konsumen AS yang akan dirilis pada Rabu, yang diperkirakan akan menentukan arah pertemuan Federal Reserve minggu depan," ungkap Ibrahim dalam analisis harian, Rabu, 13 September 2023.
 
Bank sentral, ungkap dia, diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada September. Namun tanda-tanda inflasi terbukti sulit dapat mendorong kenaikan lagi sebelum akhir tahun.

Di sisi lain, tingkat pengangguran di Inggris naik menjadi 4,3 persen dalam tiga bulan hingga Juli dari 4,2 persen pada bulan sebelumnya, yang merupakan level tertinggi sejak tiga bulan hingga September 2021, dengan pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda pendinginan.
 
Namun, upah tidak termasuk bonus yang meningkat 7,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya dalam tiga bulan hingga Juli. Ini menjadi tingkat upah tercepat sejak pencatatan dimulai pada 2001, sehingga memberikan tekanan lebih besar pada Bank of England untuk memperketat kebijakan moneter lebih lanjut.
 
"Pengambil kebijakan BoE Catherine Mann pada Senin malam memperingatkan bahwa terlalu dini untuk berhenti menaikkan suku bunga, dan bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin," papar dia.
 
Menurut Ibrahim, Bank Sentral Eropa akan melakukan pertemuan pada Kamis, dan setelah menaikkan suku bunga pada sembilan pertemuan terakhirnya, para pembuat kebijakan kini berdebat apakah akan menaikkan suku bunga deposito lagi, menjadi empat persen, atau berhenti sejenak.
 
"Inflasi tetap di atas target, namun pertumbuhan melambat di kawasan ini, dan data sentimen ekonomi ZEW Jerman terbaru, yang akan dirilis Selasa nanti, diperkirakan menunjukkan penurunan kepercayaan terhadap ekonomi dominan di zona euro," tutur dia.
 
Baca juga: Ini Penyebab Rupiah Mulai Berani Lawan Dolar AS
 

Penjualan eceran melambat


Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) melaporkan pada Juli 2023 kinerja penjualan eceran terindikasi melambat. Tercatat, Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2023 tercatat sebesar 203,3 atau secara tahunan tumbuh 1,6 persen (yoy), melambat dari bulan sebelumnya yang sebesar 7,9 persen.
 
Secara bulanan, penjualan eceran pada Juli 2023 turun sebesar 8,8 persen secara bulanan (mtm), lebih dalam dibandingkan kontraksi 0,3 persen mtm pada periode sebelumnya.
 
Kontraksi penjualan eceran Juli 2023 dipengaruhi oleh penurunan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang minus 10,9 persen (mtm) dan perlambatan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 1,9 persen (mtm), sejalan dengan normalisasi aktivitas masyarakat setelah periode liburan sekolah dan cuti bersama Iduladha.
 
Kinerja penjualan eceran pada Agustus 2023 diprakirakan tetap kuat, baik secara tahunan maupun bulanan. Hal tersebut tecermin dari IPR Agustus 2023 yang tercatat sebesar 204,4 atau secara tahunan tumbuh positif sebesar 1,3 persen (yoy), tetap kuat meski tidak setinggi 1,6 persen (yoy) pada Juli 2023.
 
Secara bulanan, kinerja penjualan eceran pada Agustus 2023 diprakirakan tercatat sebesar 0,5 persen (mtm), berbalik arah dari kontraksi 8,8 persen mtm pada bulan sebelumnya.
 
"Kemudian, pada kuartal III-2023, kinerja penjualan eceran diprakirakan tetap tumbuh meski melambat. Indeks Penjualan Riil kuartal III-2023 diprakirakan tumbuh sebesar 1,4 persen (yoy), melambat dari kuartal sebelumnya sebesar 1,6 persen (yoy)," jelas Ibrahim.
 
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meskipun begitu, mata uang Garuda tersebut akan ditutup melemah.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.320 per USD hingga Rp15.390 per USD," tutup Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan