Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.
Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.

Tak Sanggup Lawan Dolar, Rupiah Menyerah Sore Ini

Husen Miftahudin • 29 April 2024 16:34
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan, melanjutkan pelemahan saat perdagangan pagi.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 29 April 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.255 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 45 poin atau setara 0,28 persen dari posisi Rp16.210 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 45 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 60 poin di level Rp16.255 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.210 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.250 per USD. Rupiah turun 46 poin atau setara 0,28 persen dari Rp16.204 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.249 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga melemah sebanyak 27 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp16.222 per USD.
 
Baca juga: Awal Pekan, Rupiah Sudah Menyerah Lawan Dolar AS
 

Kenaikan BI Rate hanya buat rupiah menguat sebentar


Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen, demi memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
 
Meski demikian, BI tetap memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2024 akan masih berada dalam kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I dan II 2024 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan kuartal IV 2023 lalu.
 
"Ada beberapa dampak dari policy rate itu relatif aman, BI punya set of policy instrument. Stance BI tidak hanya dilihat dari kebijakan soal moneternya saja, kenapa suku bunga kita optimis? Karena nilai tukar untuk memperkuat stabilitas, policy rate untuk stabilkan nilai tukar," jelas Ibrahim.
 
Selain itu, kenaikan BI Rate sengaja dilakukan sebagai langkah pre-emptive antisipasi untuk mencegah suatu hal yang tidak diinginkan, serta kebijakan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5 persen plus minus satu persen pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.
 
Optimisme pertumbuhan ekonomi juga sejalan dengan permintaan domestik yang kuat dari konsumsi rumah tangga sepanjang Ramadan dan Idulfitri 1445 Hijriah, berkat dorongan dari permintaan domestik. Konsumsi masih kuat meskipun historisnya memang relatif lebih rendah namun sudah mulai ada perbaikan.
 
"Di sisi lain, investasi bangunan lebih tinggi ditopang oleh berlanjutnya permintaan Proyek Strategis Nasional (PSN) di sejumlah daerah dan berkembangnya properti swasta sebagai dampak positif dari insentif pemerintah sehingga akan mendorong ekonomi ke depan," terang Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan