Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: MI
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: MI

Ini Imbas Jika BI Terlalu Agresif Menaikkan Suku Bunga

M Ilham Ramadhan • 09 November 2022 12:14
Jakarta: Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter mesti cermat dalam mengambil kebijakan suku bunga acuan. Jangan sampai langkah yang diambil terlalu agresif dan justru berdampak buruk bagi perekonomian.
 
"Kalau inflasi cenderung tidak tinggi ke depan dengan outlook di bawah enam persen, seharusnya dalam menaikkan suku bunga harus moderat, untuk mengimbangi saja," kata Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto, dilansir Antara, Rabu, 9 November 2022. 
 
"Kalau agresif, implikasinya ialah pertumbuhan ekonomi kita terhambat dengan cara kita sendiri, dengan disengaja. Jadi kalau pun harus naik, itu harusnya level moderat, apalagi kalau inflasinya tidak naik. Ini karena sektor riil butuh suplai kredit yang cukup untuk memastikan terhindar dari pelambatan ekonomi," tambahnya.
 
Ia juga mengatakan, naiknya suku bunga acuan bank sentral tak dipungkiri bakal mengerek tingkat bunga kredit perbankan. Dikhawatirkan tingginya bunga acuan BI akan memperketat likuiditas perbankan dan menghambat penyaluran pinjaman yang saat ini memiliki tren bertumbuh. 
 
Baca juga: Ekonomi Sentuh 5,72%, Menkeu: Cerminan Kuatnya Pemulihan di Tengah Ketidakpastian!

Per September 2022, misalnya, tingkat penyaluran kredit perbankan berada di level 10,8 persen. Di satu sisi, ini menggambarkan pulihnya perekonomian lantaran aktivitas konsumsi bertumbuh. Namun di saat yang sama tingkat Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami penurunan dari 8,2 persen di Agustus 2022 menjadi 7,2 persen di bulan berikutnya. 
 
"Kalau posisi demikian, artinya besar kemungkinan memang akan ada perang bunga (perbankan) untuk menjaga likuiditas, mengupayakan ada lebih di dalam likuiditasnya, sehingga bank menaikkan bunga. Ini sejalan dengan tren global. Ini ke depan tidak bisa dihindari," kata Eko. 
 
"Kalau bunga (perbankan) naik, otomatis lama kelamaan akan memperlambat permintaan kredit dan berakhir pada perlambatan ekonomi. Jadi kalau ada penyesuaian kebijakan suku bunga (BI), itu harus moderat dengan melihat inflasi," imbuhnya. 
 
Sementara itu, menyoal resesi dunia, Indef meyakini Indonesia tak akan mengalami hal serupa. Namun itu bukan berarti Indonesia jemawa lantaran sejumlah tantangan menanti di depan mata.
 
Perlambatan ekonomi diperkirakan tetap terjadi meski tak akan bermuara pada resesi. Namun kewaspadaan tetap diperlukan agar yang terjadi pada ekonomi global tak merembes ke dalam negeri.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan