Mengutip data Bloomberg, Jumat, 20 September 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.150 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 89 poin atau setara 0,58 persen dari posisi Rp15.339 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 89 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 155 poin di level Rp15.150 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.339 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp15.145 per USD. Rupiah menguat sebanyak 84 poin atau setara 0,55 persen dari Rp15.229 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.100 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 187 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp15.287 per USD.
Baca juga: Menguat Banyak, Rupiah Jumat Pagi Nangkring di Level Rp15.100-an |
Mengekor Fed, BI bakal pangkas suku bunga lagi
Menurut Ibrahim, kalau melihat keagresifan The Fed yang akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin (bps) tahun ini, maka Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan memangkas suku bunga tambahan lagi antara 75-100 bps berada pada kisaran 5,25 persen-5,00 persen.
"Ini bertujuan untuk membangkitkan kembali roda perekonomian yang sebelumnya lesu akibat suku bunga kredit perbankan yang tinggi," jelas dia.
Hal ini, ungkap Ibrahim, mempertimbangkan prospek kebijakan moneter The Fed, lintasan inflasi Indonesia yang rendah, transaksi berjalan yang terkendali, neraca perdagangan Indonesia tetap stabil, dan cadangan devisa yang terus meningkat.
Pada Agustus 2024, inflasi umum sedikit menurun menjadi 2,12 persen secara tahun ke tahun atau year on year (yoy), turun dari 2,13 persen yoy pada Juli 2024. Hal Ini menandai tingkat terendah sejak Februari 2022.
Meski demikian, level inflasi ini masih berada dalam kisaran target BI sebesar 1,5 hingga 3,5 persen. Di sisi lain, momentum penurunan suku bunga acuan BI ini diperkirakan mendukung pertumbuhan ekonomi agar tetap solid, terutama bagi industri perbankan.
"Pelonggaran kebijakan moneter BI tersebut diperkirakan akan mendorong penurunan cost of fund, yang selanjutnya akan mendorong penurunan suku bunga kredit. Tujuannya agar permintaan kredit bisa terdongkrak sehingga perekonomian kembali pulih dan membaik di masa transisi pemerintahan," papar Ibrahim.
Diketahui, pemangkasan suku bunga acuan ini adalah yang pertama sejak Februari 2021. Suku bunga BI sempat bertahan di level 3,5 persen sejak Februari 2021 sampai Juli 2022. Kemudian, kenaikan mulai terjadi pada Agustus 2022 hingga Agustus 2024 yang berada di level 6,25 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News