Mengutip data Bloomberg, Jumat, 20 September 2024, rupiah hingga pukul 9.50 WIB berada di level Rp15.112 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 127 poin atau setara 0,83 persen dari Rp15.239 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp15.104 per USD, naik hingga 125 poin atau setara 0,82 persen dari Rp15.229 di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali menguat.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.150 per USD hingga Rp15.250 per USD," ujar Ibrahim dikutip dari analisis hariannya.
Baca juga: Rupiah Lompat hingga Tembus Rp15.200-an Berkat Pemangkasan Suku Bunga |
BI pangkas suku bunga
Menurut Ibrahim, keperkasaan kurs rupiah terhadap dolar AS salah satunya didorong oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan dari level 6,25 persen menjadi 6,00 persen. Keputusan BI tersebut dinilai berani, taktis dan antisipatif (preemptive) untuk menopang penguatan ekonomi di tengah indikasi melemahnya sejumlah sendi-sendi perekonomian.
Melemahnya sendi perekonomian tersebut terindikasi dari deflasi empat bulan berturut-turut, angka PMI manufaktur di bawah ambang batas normal 50 selama dua bulan terakhir, indeks kepercayaan pebisnis dan konsumen menurun, serta angka pengangguran terus mendaki setiap bulannya
"Keputusan menurunkan suku bunga acuan ini menjadi bukti bahwa BI tak sekadar mengekor pada bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed. BI berani mendahului The Fed yang baru akan memutuskan menahan atau menurunkan suku bunga Federal Funds Rate (FFR) pada pertemuan 20-21 September 2024," jelas Ibrahim.
Dengan penurunan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,0 persen yang dinilai tepat waktu dan tujuan ini, diharapkan perbankan juga akan melakukan penyesuaian suku bunga. Tujuannya agar permintaan kredit bisa terdongkrak sehingga perekonomian kembali pulih dan membaik di masa transisi pemerintahan.
Jika ekspektasi inflasi mengarah ke target sasaran yang 2,5 persen dan kurs rupiah tetap stabil, maka masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan, setidaknya (menurunkan) 50-75 bps menjadi 5,50-5,25 persen untuk menjadi stimulus perekonomian dari jalur kebijakan moneter yang tetap pro-growth.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News